Mohon tunggu...
Syariatul Hasanah
Syariatul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Syariatul123

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Jarak dengan Dunia

22 Desember 2021   11:21 Diperbarui: 22 Desember 2021   11:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakikat dunia tempat singgah yang bersifat sementara, yang penuh dengan tipu daya yang akan membuat manusia terlena dan lupa bahwa akan ada kehidupan kekal setelahnya yaitu Akhirat. Begitulah cara allah menguji kelayakan manusia untuk melihat kualitas imannya sebelum ditempatkan di surga nya yang penuh dengan nikmat.

Manusia seakan diseleksi manakah yang terbaik? Melalui ujian-ujian yang ada entah itu ujian berupa nikmat kebahagiaan ataupun berupa kesedihan atau kesengsaraan yang menjadi pertanyaan sudah sampai di manakah kita saat ini sudah sudahkah kita mampu melewati ujian yang ada? Sudahkan kita berada di jalan yang benar ?

Barangkali itulah yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi mereka yang mempercayai akan adanya kehidupan setelah mati, tapi merasa sulitnya mempertahankan keimanan di tengah masyarakat modern Ini yang menjadikan dunia sebagai tolak ukur dalam segala sesuatu, masa dimana sulit untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, antara halal dan haram semua akan diaduk menjadi satu.

Orang-orang yang menilai bodoh mereka-mereka yang mengabdikan hidupnya untuk agama yang tidak memperoleh dunia di dalamnya, banyak lagi manusia yang mengcover perbuatan mereka dengan akhirat tetapi isi dan tujuannya adalah dunia.

Inilah realita yang ada di masyarakat kita sekarang yang semakin jauh dari nilai ketauhidan mereka akan berlomba-lomba dengan gigihnya untuk mendapatkan dunia, bekerja keras setiap hari untuk menambah pundi-pundi kekayaan tapi enggan untuk shodaqoh, tidak peduli dengan sesama merasa tidak peduli dan mengacuhkan anak yatim , fakir miskin , kaum dhuafa disekelilingnya yang harus disejahterakan hidupnya.

Barangkali ini adalah pemandangan biasa atau bahkan mungkin kita termasuk bagian darinya, kita kurang peduli pada sesama, mensejahterakan masyarakat kelas bawah oleh masyarakat kelas atas terasa masih sangat jauh dari terwujud, bagaimana mau di sejahterakan para orang kaya saja masih merasa kurang bahkan tidak pernah cukup untuk dirinya sendiri dan keluarganya padahal mereka berada di tengah limpahan harta dan kekayaan.

Pantaslah nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan manusia dalam sabdanya "seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, tentu ia ingin lebih lagi yang kedua, jika ia diberi yang kedua dia ingin lagi yang ketiga, tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya melainkan tanah. Dan Allah maha penerima tobat siapa saja yang mau bertobat. " ( HR al - Bukhari )

Merasa kurang tidak pernah cukup itulah manusia mereka melupakan hakikatnya dunia sebenarnya hanyalah sarana untuk menuju akhirat mereka tidak manfaatkan dunia untuk persiapan ti kehidupan yang kekal.

Sadarilah! Kita hanya singgah untuk berteduh sebelum berlayar di perjalanan panjang menuju kampung akhirat kekal.

yang menjadi pertanyaanya sudahkah kita menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat?

Bukankah dunia ini hanyalah tempat sementara , dan akhirat lah tempat abadi kita, lalu apa yang membuat kita masih memprioritaskan dunia? Dan melupakan tempat akhir kita, apa yang kita cari dari dunia ? 

Wahai hati teguhkanlah aku dalam keyakinan untuk menjadi kan allah adalah prioritas utama , bukankah allah sudah menjanjikan kebahagiaan bagi orang-orang yang mendekatkan diri kepadanya, kebahagiaan yang semacam apa yang kita cari dengan meninggalkan allah, harta yang berlimpah? Kekuasaan? Apa itu sudah menjamin kebahagiaan?

Karena itu lah tidak ada sikap terbaik dari seseorang hamba Allah yang bertauhid, yang pastinya dalam perjalanan waktu akan di wafat kan oleh allah SWT , kecuali langkah - langkah takwa menyertainya, manapun, kapanpun, dan dalam kondisi bagaimana pun, sudah seharusnya sebagai seorang mukmin yang sholih kita harus mampu mempertahankan keimanan walau lingkungan yang bagaimanapun. Rasulullah Saw bersabda 

"Aku datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegangan teguh pada agama seperti orang yang menggenggam bara api," ( Hr . Tirmidzi no. 2260)

Maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang - orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran islam saat ini, ia sampa tak kuat ketika ingin berpegangan teguh pada agama nya.

Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya pelaku maksiat pun begitu banyak, ke fasik kan pun semakin tersebar luas juga iman pun semakin lemah

Karena sejatinya setiap perbuatan akan kita pertanggung jawabkan sendiri di hadapan allah , sebisa mungkin ber adalah di lingkungan yang positif, di kelilingi orang - orang yang Sholih yang memiliki qolbu salim, berteman dengan orang- orang yang menjadikan Allah sebagai prioritas terbesar dalam hidupnya,

Pelan- pelan berjarak lah dengan dunia wahai diri, tidak lupa memohon pertolongan kepada allah agar dimudahkan dalam perjalanan ini, muda mudahan allah jaga ke Istiqomahan kita di dalam beribadah kepadanya allah hadiah kan Khusnul khatimah di ujung kehidupan kita, barang kali sesederhana itu lah impian seseorang hamba yang mencintai mu ya allah, semoga di mampukah untuk berjarak dengan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun