Pancasila dan Humanism
Bagi saya, terlantarnya anak-anak ISIS asal Indonesia ini mengingatkan saya, sekali lagi akan Manusia Perahu asal Vietnam, tahun 80-an. Kala itu saya masih mahasiswa, saya datangi mereka, tapi tak dapat ijin untuk mengambilnya. Kejadian ini sudah berlangsung 40 tahun silam. Kini mereka tentu sudah besar, tetapi saya tak tau lagi nasib mereka.
Mengingat kejadian itulah, maka saya mulai mikir. Saya cukup prihatin membayangkan anak-anak ISIS itu yang tak tau apa-apa, entah itu dari Indonesia, Malaysia, Rusia, dll nya. Mereka mungkin cuma dibawa ortunya.
Nasib anak-anak pejuang ISIS hari ini sangat menyedihkan. Banyak yang wafat di camp karena kedinginan. Mungkin juga karena kurang gizi, dan juga mungkin kurang makanan. Pastinya, mereka sudah kehilangan masa bahagianya, akibat ulah ortunya.
Sedang hal yang menyenangkan, atas dasar humanisme, sebagian dari mantan pejuang ISIS itu sudah kembali ke negerinya masing-masing.Â
Jerman salah satu negara yang melakukannya. Belakangan, Rusia pun sudah memulangkan sekitar 200 anak-anak yang berada di camp Suriah. Anak-anak itu di bawa dengan pesawat carteran. Begitu pula dengan Kazakhstan. Negeri ini juga sudah memulangkan anak-anak mantan pejuang ISIS sebanyak 230 orang.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Saya ingin sekali mendengar orang-orang arief, pejuang humanism, khususnya terhadap anak-anak. Mana suara Komnas HAM? Komnas Perempuan? Serta suara KPIA.
Haruskah mereka, anak2 itu kehilangan masa depannya? Adakah agama juga mengajarkan kita untuk ikutan bengis pada mereka ? Haruskah anak-anak itu ditelantarkan?
Bagi saya, negara, dalam hal ini Pengadilan, harus bersikap. Apakah mereka memang harus diterlantarkan di negeri orang ? Dipulangkan dengan cara dibina? Atau bisa juga dipulangkan dengan hukuman mati ? So, dalam hal ini, urusan para hakimlah yang memutuskan.
Mengingat falsafah bangsa, Pancasila yang humanis, tak ada salahnya berupaya membina ulang. Memperbaiki keadaan. Jika dulu pernah gagal, ya diperbaiki. Bukankah di negeri ini banyak orang-orang pintar dan cerdas. Kita usaha sambil berdoa, agar niat kita untuk memperbaiki negeri ini bisa  kesampaian. Aamiin ... wallahua'lam ... !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H