Karena itu, mari para pemimpin negeri ini. Para tokoh negeri ini. Para aktivis partai politik dan NGO negeri ini, sama-sama melakukan introspeksi. Dalam kamus politik sejak era Yunani, hingga era modern pun, tak ada kamus oposisi. Kecuali ide-ide dan gagasan dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Hanya di negeri inilah gagasan untuk beroposisi dilembagakan. Ini karena mereka sudah terkena penyakit modernisasi, dengan liberalisasi-nya.
Orang-orang liberal, ya namanya juga liberal. Dia bebas berbuat apa saja. Mau telanjang di kerumunan publik pun oke-oke saja. Tak ada yang larang. Suatu hal yang ironis sesungguhnya, jika ada partai politik berlabel agama (Islam, misalnya), melakukan epigonisasi terhadap faham liberalisasi Amerika Serikat, dengan menjadi oposisi.Â
Konsekuensi dari menjadi oposisi, maka seperti yang kita tonton selama ini, selalu tampil dengan ide dan pemikiran berbeda. Hasil yang baik dari negara, selalu dinilai salah. Sedang yang salah dari negara, dituding sebagai sesuatu yang baik.
Selain cinta tanah air sebagai pilihan, politik era modern ini bukan liberalisasi model Amerika Serikat itu, melainkan adanya pilihan-pilihan baru, yang sesuai dengan dinamika zaman.Â
Richard S. Katz dan William Crotty, dalam Hand Book of Party Politics (London, 2006), panjang lebar memaparkan sejarah perkembanagan politik. Menurutnya, di masa depan praktek politik berhadapan dengan era media digital. Era ini suka tidak suka, dan mau atau tidak mau, akan merombak tatanan yang sudah mapan. Solusinya, harus ada partai cyber.Â
Oposisi, segalak dan sehabat apa pun, tetap akan ditinggalkan publik. Apalagi kadang topik yang dibahas cuma dibibir, pemanis rasa. Belakangan rakyat makin cerdas, mana yang benar dan mana yang nipu.
Jika ingin memenangi dunia politik, partai cyber menjadi pilihan. Segalanya menjadi praktis. Hubungan penguasa dan partai politik dengan warganya semakin terjalin. And last but not least, republik ini tak akan karam karena tak ada oposisi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H