Menyambut Hari Batik Nasional
SEPULUH tahun  lalu, tepatnya tanggal 02 Oktober 2009, UNESCO, singkatan dari United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization, salah satu lembaga resmi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) telah menatapkan "Batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi" (Masterpieres of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sejak itu, lembaga resmi milik PBB yang bergerak dibidang pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan tersebut telah memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Peristiwa sepuluh tahun lalu itu merupakan event bersejarah bagi nusantara, khususnya dibidang kebudayaan, karena lembaga bergengsi itu telah memberikan pengakuan dunia internasional pada budaya Indonesia, terkait batik.
Pemerintah pun menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Batik Nasional, yang diperkuat melalui Keputusan Presiden RI No 33 Tahun 2009. Terkait hal itu, sejumlah instansi pemerintah dan swasta pun meresponnya dengan merayakannya beramai-ramai. Â
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sesuai otoritasnya, langsung menghimbau (dalam bentuk edaran), pada unit-unit terkait dengan instansinya, seperti di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, para pimpinan UPT (Unit Pelaksana Tehnis) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta para Kepala Sekolah/Madrasah di seluruh Indonesia, untuk mengenakan pakaian batik khususnya untuk tanggal 02 Oktober ini.   Â
Selain itu, diimbau pula untuk sama-sama melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan mempromosikan batik seperti pameran, perayaan busana, lomba membatik dengan teknik canting, dan sebagainya.
Tak hanya itu, pihak kementerian ini juga menghias gedung instansi masing-masing, dengan hiasan yang bernuansa lukisan batik, sejak akhir bulan September lalu, hingga tanggal 05 Oktober 2019 besok.
Sekretaris Jenderal Menteri Dalam Negeri, Hadi Prabowo, pun telah membuat edaran serupa. Edaran bernomor 003.3/10132/SI itu berisi imbauan dari pihak Kementerian Dalam Negeri agar seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota untuk mengenakan baju batik pada hari Rabu 02 Oktober ini.Â
Terus dikembangkan
Pengakuan dunia internasional terhadap kreasi batik ini, disambut banyak pihak dengan positif. Tak hanya oleh negara seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan juga pihak swasta, khususnya yang terkait.Â
Menindak-lanjuti edaran pemerintah tersebut, Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia, Jultin Ginandjar, pada pertengahan September lalu secara khusus telah menyelenggarakan konferensi pers di Grand Indonesia, Jakarta, untuk menyambut Hari Batik Nasional 2019 ini.Â
Menurutnya, untuk memeriahkan Hari Batik Nasional tahun ini, pihaknya merayakan di dua kota terpisah, masing-masing Jakarta dan Solo. Untuk Jakarta diselenggarakan antara 24 hingga 27 September. Sedang di Solo diselenggarakan hari ini, 02 Oktober 2019, yang perayaannya akan dipusatkan di Istana Mangkunegaran, Solo.
Menurut Jultin Ginandjar, perayaan hari batik ini juga dimeriahkan dengan peragaan busana batik, dari rancangan desainer Yayasan Batik Indonesia, dengan partisipasi dari para ibu Duta Besar dari sejumlah negara sahabat, antaranya yang sudah oke dari Brasil, Thailand dan Jepang. Â
Menurut Ketua Panitia Hari Batik Nasional 2019, Diana Santoso, Presiden RI Joko Widodo dan Nyonya Iriana Widodo bakal hadir di puncak acara ini. Menurutnya, kehadiran Presiden dan Ibu Negara merupakan sebuah dukungan, simbol serta kecintaan pemerintah dan masyarakat luas terhadap batik Indonesia.
Bersamaan dengan event ini, akan diluncurkan juga buku Batik Indonesia, berupa E-book Batik Indonesia, serta website Yayasan Batik Indonesia, agar masyarakat luas dapat mengetahui seluk beluk dunia perbatikan, selain untuk melakukan edukasi dan pengetahuan lainnya untuk masyarakat tentang batik.
Antusias Publik
Peringatan Hari Batik Nasional tahun ini lebih meriah ketimbang tahun sebelumnya. Terbukti peringatan tahun ini diwarnai dengan antusias publik yang luar biasa, seperti pameran dan peragaan. Tak hanya itu, tampilan depan laman Google, atau Google Dooble, menampilkan simbol batik. Sejumlah media nasional pun, termasuk media-media online, pun serta merta ikut memeriahkan melalui karya mereka masing-masing. Â
Peran Soeharto, presiden ke-2 Republik Indonesia, harus diakui besar jasanya. Dialah yang awal mula memperkenalkan batik pada dunia internasional. Padahal dulu, batik kurang diminati masyarakat luas, terlebih di kalangan anak mudanya. Kini batik tak lagi sudah menjadi fashion budaya Indonesia, dengan warna warni. Batik tak lagi hanya berwarna cokelat dan hitam.Â
Saat SBY berkuasa, tanggal 03 September 2008 batik didaftarkan ke UNESCO sebagai Daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Pada tanggal 09 Januari 2009 usulan itu diterima, tetapi baru dikukuhkan 02 Oktober 2009.
Keputusan UNESCO terhadap batik ini dilatar-belakangi karena batik Indonesia terkait erat banyak simbol yang bertautan dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam dan sejarah itu sendiri. Batik menjadi benda penting bagi manusia di Indonesia, dari sejak dulu hingga kini. Penghargaan ini merupakan upaya negara untuk meningkatkan martabat bangsa, dan citra positif negeri ini di forum internasional.
Awal Mula
Menurut sejumlah dokument, kerajinan batik sudah ada sejak era Majapahit. Industri ini terus berkembang, hingga akhir abad ke-18, atau awal abad ke-19. Istilah batik berasal dari istilah Jawa, yakni dari kata "amba" yang berarti kain yang lebar, dan kata "tik" berarti titik. Maksudnya, Â batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pola-pola yang indah.
Pada masa Kerajaan Majapahit, Demak, dan lainnya, kain batik sudah dijadikan sebagai simbol budaya. Motif-motif abstrak batik, motif candi, awan dan wayang mulai dikembangkan kala itu. Namun setelah tibanya kebudayaan Islam, batik yang tadinya bermotif binatang, lantas dihilangkan, yang diganti dengan simbol-simbol lainnya. Meski begitu, sekarang ini lukisan binatang pada batik banyak ditemukan di mana-mana.
Meski pun istilah batik dari bahasa Jawa, tetapi teknologinya diduga berasal dari Mesir Kuno, atau Sumeria sejak dari 1.000 tahun silam. Nyatanya, teknik seperti belakangan merambah ke Tiongkok, India, Jepang, bahkan Afrika. Tentu juga Indonesia.Â
Kini batik terus berkembang menjadi sebuah industri besar. Â Data Kementerian Perindustrian menyebutkan jumlah perusahaan batik di negeri ini terus berkembang, dan mampu menyerap tenaga kerja seperti tenun dan pewarnaan saja hingga industri batik lannya hingga di atas 628 ribuan orang.Â
Hingga triwulan I tahun 2019 ini industri batik tumbuh hingga 18.98 %. Angka ini lebih besar dari pertumbhan ekonomi kita yang hanya di kisaran 5.07 %. Ekspornya tahun 2018 lalu mencapai USD 52.44 juta, atau setara Rp 734 miliar. Â Sedang tahun ini nilai ekspornya naik lagi hingga 6 -- 8 %.Â
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri batik merupakan sektor padat karya. Batik juga menopang industri tekstil dan pakaian jadi. Selain itu, industri batik juga salah satu sektor yang lebih banyak membuka lapangan kerja. Sayangnya industri tekstil nasional belum berkembang baik, masih kecil dibanding negara-negara lainnya.Â
Menurut Airlangga, pemerintah harus terus meningkatkan penguatan pasar buat perkembangan industri batik nasional. Harapannya, agar pelestarian batik nusantara bisa mendorong pengembangan industri yang berdaya saing global. Ini perlu support semua pihak, dan ada kesadaran bersama melakukannya. Semoga perayaan Hari Batik Nasional tahun 2019 ini mampu mencapai cita-cita itu semua. Aamiin ... !!!Â
Sumber : tribun, tirto.id, id.m.wiki, tempo.co, www.paud, kemenperin.go.id. dll   Â
 Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H