Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Seni Bela Diri Kuntau di Nusantara

28 Agustus 2019   23:53 Diperbarui: 29 Agustus 2019   00:50 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sempat difilmkan dengan durasi 16 menit (palembang.tribunnews.com)

Tulisan saya, edisi hari Minggu, 25 Agustus lalu, tentang beragam budaya Banjar terkait perkawinan, sedikit menyinggung soal salah satu seni budaya Banjar, yakni Seni Bela Diri Kuntau. Sedikitnya ada 7 inbox pribadi via FB dan WA, mengomentari kontens tulisan itu, bahkan satu di antaranya dari Kuching, Serawak, Malaysia. 

Bak kor mereka seperti kompak satu suara, tak setuju. Katanya, tak benar kebudayaan Melayu khususnya di kawasan Asia Tenggara itu mau punah. Mereka bahkan meyakini akan tetap eksis, apalagi sudah muncul gagasan melakukan modernisasi model dan pola penampilan, termasuk sosialisasi, pelestarian kesenian bela diri Kuntau tersebut. 

Memang, berdasar pengalaman saya pribadi, yang sejak kecil tinggal di belahan bumi Banjar, Kalimantan Selatan, khususnya di kawasan Hulu Sungai, kawasan yang secara antropologis kerap disebut Banjar Hulu (pedalaman) --untuk membedakan dengan mereka yang tinggal di kawasan Banjar Kuala (khususnya mereka yang tinggal di kawasan pesisir Sungai Martapura, dan sekitarnya).

Bagi warga Banjar Hulu, tradisi Seni Bela Diri Kuntau belumlah mati, seperti digosipkan banyak pihak. Perkumpulan seni bela diri lokal ini masih eksis, bahkan menjadi lestari, karena aktor-aktornya kerap diundang pada event perkawinan. 

Berbeda dengan etnik Banjar Kuala yang semakin hari semakin terkena arus modernisasi, jarang sekali ada pertunjukan Seni Bela Diri Kuntau, seperti event perkawinan. Meski begitu, Taman Budaya Banjarmasin, cukup kerap melakukan berbagai pertunjukan kebudayaan lokal, termasuk Seni Bela Diri Kuntau.

Sayangnya, pengunjungnya masih terbatas, yakni hanya para pencinta seni saja, dan sejumlah stakeholders terkait, yang jumlahnya pun tidak seramai penonton dangdut, atau konser rock, band, dsb ... 

Seni bela diri Kuntau, adalah salah satu khazanah kebudayaan bangsa Asia Tenggara. Seni ini tumbuh dan berkembang di wilayah tanah Melayu, khususnya Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura. Lebih spesifik lagi, seni bela diri ini berkembang di bumi Kalimantan, kawasan yang bersatu dengan bumi Malaysia dan Singapura.

Maka itu tak heran jika kartun anak-anak produksi Malaysia, dalam serial Upin dan Ipin, dalam episode tertentu ditayangkan seni bela diri Kuntau ini. Tuh Dalang, sebagai salah satu tokoh utama di Desa Durian Runtuh, berkali-kali pamer seni bela diri Kuntau ini, bahkan mengajarkan anak-anak se generasi Ipin dan Upin tentang Silat Kuntau ini. 

Pesilat Kuntau Perempuan Melumpuhkan 4 Laki-laki (suclip.com)
Pesilat Kuntau Perempuan Melumpuhkan 4 Laki-laki (suclip.com)
Menurut riwayat dari mulut ke mulut, Silat Kuntau di Bumi Kalimantan (termasuk Malaysia) berawal sejak abad ke-14. Kala itu, sejumlah pendatang dari China dan Taiwan yang mengembara hingga kawasan Malaysia dan Kalimantan, untuk berdagang, bekerja sebagai buruh, dan perantau lainnya bergabung dengan pribumi melawan penjajah.

Ciri khas Kuntau adalah latihannya yang tertutup, yang terbatas pada daerah tertentu, keluarga tertentu, kampung tertentu, dan kelompok tertentu. Meski berasal dari China, dalam praktek tak terlihat berasal dari aliran Shao Lin, yang terkenal itu. 

Kata Kuntau itu sendiri, sesuai lugatnya, bisa juga disebut Kuntao (Hanzi). Istilah ini berasal dari Bahasa Hokkien, yang secara harfiah berarti "jalan kepalan". Catatan Wikipedia, Kuntao bisa juga diartikan dengan "pertempuran seni".  Karena berkembang di kawasan Asean, maka istilahnya hanya beda-beda tipis.

Dalam Bahasa Tagalog (Filipina) menyebut Kuntaw, Malaysia (sama dengan Kalimantan) menyebut Kuntau. Indonesia (seperti Sumatera) menyebut Kuntao, beberapa kawasan Tiongkok menyebutnya dengan istilah Quandao dan Kun-thau. 

Sejalan dengan tekad kaum nasionalis, ilmu silat Kuntau terus berkembang. Tekadnya, buat melawan penjajah yang datang mengganggu negeri. Bagi etnik Banjar, hingga kini ilmu silat ini masih dipelihara, yang belakangan dianggap sebagai warisan budaya atau tradisi yang dianggap dibanggakan.

Seni bela diri inilah yang kadang dipertontonkan masyarakat Banjar, khususnya saat event perkawinan. Uniknya, pemain silat kuntau kadang mengusung kedua pasangan penganten, sambil mempertunjukkan kehebatan mereka dalam bermain silat kuntau tersebut.

Sempat difilmkan dengan durasi 16 menit (palembang.tribunnews.com)
Sempat difilmkan dengan durasi 16 menit (palembang.tribunnews.com)
Silat Kuntau memiliki tingkatan-tingkatan. Ada jurus Bunga atau Kembang Kuncian. Pada saat latihan jurus Bunga, esensinya itu buat latihan mengunci musuh bertanding. Kemudian dilanjutkan dengan Latihan Patikaman, dan Palapasan. 

Latihan Patikaman,dan Palapasan tergolong berat. Alat peraganya pun lengkap, mulai dari tangan kosong, hingga menggunakan pisau, keris, cemati, bahkan ada pula yang menggunakan parang dan mandau. -Di sini banyak jurus rahasia, yang latihannya hanya dilakukan satu persatu.

Oleh karena itu tak heran jika ilmu yang diturunkan bisa berbeda-beda antara murid yang satu dengan yang lainnya.  Biasanya itu didasarkan pertimbangan subyektif sang guru, tentang bakat dan kemampuan. Jika seorang mampu dengan baik menjalani semua pelajaran dan latihan, maka yang bersangkutan dianggap lulus. 

Hingga pertengahan abad 20, silat Kuntau tetap eksis dan berjaya. Persoalan mulai muncul melalui tayangan layar lebar ketika silat Karate dan silat Hongkong serta Korea. Aktor-aktor silat seperti Leung Kar Yan, Lo Mang, Hwang Jang Lee, Bruce Lee, dan yang lainnya, baik yang segenerasinya, atau penerusnya.

Tayangan layar lebar yang ramai sejak akhir tahun 1960-an itulah yang membuat minat generasi penerus bangsa mulai menurun belajar silat Kuntau. Meski begitu, peran negara lumayan membantu, seperti dilakukan di sejumlah daerah, dengan menyelenggarakan lomba-lomba dan pertandingan.

Selamatlah buat mereka yang care dan peduli dengan seni bela diri ini. Semoga manfaat ... !!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun