Begitu pula dengan pesantren. Termasuk perguruan tingginya, tidak sedikit di antara mereka itu yang juga melakukan semacam "talaq" dengan NU.
Alhamdulillah, pasca reformasi 1998, NU semacam "hidup" lagi. Dapat energi, dan dapat angin segar. NU pun kini ramai-ramai didekati. Hatta oleh mereka yang pernah memusuhi NU sendiri.
Sekitar dua dasawarsa sebelumnya, khususnya pasca kampanye kembali ke "Khittah 1926" Â pada Muktamar NU di Situbondo tahun 1984, NU memang nampak mulai bangkit.
Peran salah satu figur NU, KH Abdurrahman Wahid, sangat diterminant. Sejak saat itu, orang yang dulu pernah "memusuhi" NU mulai merapat ke NU. Klimaknya, tahun 1999 Gus Dur Ketua Umum PBNU terpilih menjadi Presiden RI.
Hari ini, NU punya peluang besar menjalankan perintah Allah SWT, sebagai khalifah untuk mewujudkan tugas "amar makruf nahi munkar" dalam persfektif Islam "rahmatan lil-alamin", baik untuk skope lokal, rezional, nasional, dan bahkan internasional.
Ini juga sejalan dengan nawacita negara kita hari ini, yang dicanangkan oleh Presiden RI, Ir. Haji Joko Widodo. Ide Presiden RI ini umumnya sejalsn dengan ide-ide Islam, juga inspirasi NU ,,,
Islam Indonesia ke depan harus menjadi yang terdepan, yang dalam menciptakan perdamaian dan kedamaian di seluruh kawasan bumi yang luas ini ...
Dengan penduduk ummat Islam terbesar di dunia ini, ummat Islam Indonesia harus menjadi motor penggerak menjadi model. Model ummat beragama pencinta hidup yang damai, santun, maju, dinamis, adil, makmur, sejahtera, dan tentu taat beragama.
Kita pun bisa berperan sebagai lokomotif, motor penggerak peran ummat yang ikut serta membendung gerakan kemunkaran, termasuk kisi-kisi dan seluruh elemen aktornya, penggerak radikalisme dan terorisme.
Kita pun bisa berbuat untuk mengatasi problema ummat yang kini makin melebar terjerumus ke lembah kehidupan negatif, jurang penyalahgunaan obat terlarang, seperti narkoba dsb ...
Sejalan dengan itu, segeralah kita optimalkan peran serta kita, warga pesantren. Pesantren jangan seperti "menara gading" yang lepas dari hirup pikuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita tak cukup cuma mendidik santri tentang kitab-kitab klasik yang memang itu pegangan kita selama ini. Kita tak cukup hanya yasinan dan sholawatan setiap harinya.