Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jejak Bermata

30 Juni 2019   05:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   07:37 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejakmu yang bermata, bukan dua, tapi cukup satu, menghampirkan kendara berwarna ungu, di depanku. Malam yang kau singkirkan dengan tanpa pesan telah menyisakan jejakmu yang bermata. bukan dua, tapi satu.

Lalu celah nadi memilin satu persatu rindu di pembuluh darah dan degup jantung yang kau biarkan begitu saja.. Tak ada pesan apa pun kecuali kau tinggalkan jejak di matamu yang telah engkau simpan berhari-hari.

Suara seruling dari arah rumah bambu di desamu, memecah hening malam dengan gelapnya yang sendirian, jejak di matamu kau jatuhkan di celah-celah aliran sungai kecil seraya engkau pandu, agar ia tidak tersangkut di pepohon rindang yang akarnya jatuh ke dasar sungai.

Menjelang siang setelah kabut pagi berlalu, di depanmu, aku melihat serombongan pencari ikan-ikan yang tersisa di sungai kecil, memunguti jejak-jejak dari matamu, yang kemudian mereka bawa pulang untuk dimasak matang-matang dan kemudian disuguhkan pada para tetamu dari desa sebelahmu. 

Dan dengan lahapnya mereka menikmati jejak matamu, yang tersisa satu.


Cimahi, 30 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun