telah terbuka secercah warna pagi
aku menyambutnya dengan secangkir kopi
kuaduk-aduk si hitam yang nyaris legam
kutabur setengah porsi dari si manis menyenangkan
pagi ini menjadi pagi yang berseri
setelah genap sebulan menikmati kopi dini hari
ada rasa kehilangan ketika waktu membatasi
bercampur dengan keriangan yang tak terperiÂ
kopi yang hitam seolah mewakili kulitku
dan setengah porsi si manis mewakili manismu
keduanya saling bercampur membentuk harmoni
sungguh nikmat mana lagi yang tak patur kusyukuriÂ
kepulan asap juga menjadi pertanda sukacita
di tengah suasana kemenangan hati yang luar biasa
aku merasa seluruh isi yang dibalut permukaan dada
merasakan bahagia mendalam yang entah kenapaÂ
namun aku rindu pada setengah dari harmoni rasa kopi
aroma pahit menjadi agak dominan kini
ah daripada aku terlarut dalam lamunan dan emosi
kusangka baik saja bahwa setengah itu sedang mudik barangkali
hei kawan, sedang apa gerangan? kawanku menimpali
sudah berapa cangkir kopi kau seduh sejak malam tadi?
hmm, ini baru secangkir kopi pagi, kawan, jawabku tenang
puluhan cangkir sebelumnya kan berbeda alam.
aih setengah dari kopiku
ke tempat manakah engkau menuju
tiba-tiba saja engkau hilang dari lamunan
ataukah barangka aku sedang bermimpi tanpa kesadaran?
Cimahi, 06 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H