Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebab Nestapa Masih di Puncak Prahara

6 Desember 2016   01:01 Diperbarui: 6 Desember 2016   01:21 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dawai-dawai bergetaran
meliuk dalam lenggok tarian
kencang menebas segala arah
kanan dan kiri terbuyar rebah 

lingga menjadi mantra-mantra
pukulan pandai besi nyaring bersuara
tabuhan genderang terus bertalu
tak bisa dihindar, terus beradu 

sorak sorai atas kemenangan
menembus awan membelah langitan
tepuk tangan tak bisa dihentikan
lagak pacu kuda telah dimenangkan 

do'a-do'a pun dipanjatkan
lagu-lagu munajat ditinggikan
keluh kesah bangsa dalam rintihan
demi harga mahal selarik kedamaian 

masih adakah jalan bagi kami, oh Tuhan
melarutkan ego dalam senyawa kesejukan
ketika kami tak tahu lagi makna bhinneka
sebab nestapa masih di puncak prahara 

Bandung, 06 Desember 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun