Indonesia diciptakan dengan kekayaan budaya luar biasa. Suku yang berbeda-beda, agama dan adat istiadat yang masing-masing saling memperkaya khazanah nusantara sebagai sebuah negara bangsa. Semuanya bukan secara kebetulan diciptakan di bumi pertiwi.Dan Allah berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat : 13)
Ta'aruf atau saling mengenal juga bisa berarti saling menyerap budaya positif yang terlahir melekat pada masing-masing perbedaan suku dan budaya yang ada. Kemudian jika saling pengaruh mempengaruhi dalam tataran yang positif sudah terjadi dalam proses yang cukup panjang, Allah akan menilai bahwa di antara kamu, hendaknya muncul karakter yang mulia sebagai hasil serapan unsur dan komponen positif yang bersenyawa menjadi satu, Indonesia yang berkarakter mulia yang berkepribadian takwa.Â
Dan Allah sedang menunggu generasi yang terlahir dari hasil perpaduan karakter-karakter positif dari semua suku bangsa yang ada di bumi pertiwi, persada Indonesia. Sebuah generasi yang santun, punya prinsip tegas dalam kebenaran, memiliki toleransi yang bertanggung jawab, berani memperjuangkan nilai-nilai kesucian, memiliki kesanggupan untuk berkorban demi perjuangan di atas dasar-dasar ketaqwaan.
Pesan Tuhan pada Surat Al-Hujurat ayat 13 pernah menjadi surat populer di zaman orde baru, dan surat ini kini tenggelam dikalahkan oleh gempita Surat Al-Maidah ayat 51. Â Padahal sesungguhnya kita belum selesai memahami muatan pesan Tuhan, kita belum menjadi bangsa yang penuh kesadaran.Â
Pesan Tuhan pada Surat Al-Hujurat ayat 13 adalah pesan kebhinekaan, saya curiga surat ini diturunkan spesial untuk menyambut dan mengakui kebhinekaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang diharapkan akan muncul menjadi bangsa pemimpin dunia, namun sejarah pada saat ini seolah melupakan pesan penting penyikapan pada kebhinekaan bangsa dan energi kita habis untuk mempolitisir Surat Al-Maidah ayat 51.
Tuhan semua manusia saja mengakui kebhinekaan bangsa kita, sungguh menyesal jika sebagai bangsa besar kita tidak mengakuinya. Memang tidak mudah menjadi bangsa besar ketika hal-hal kecil dibesar-besarkan, lalu akhirnya kita menjadi bangsa pelupa bahwa kita adalah bangsa yang besar.
Walloohu a'lam
Bandung, 13 Nopember 2013
*) Illustrasi: brainly.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H