setangkup buluh perindu
menyusup dan menggebu
melupakan semua lelahku
berdiri, merendap, terpaku
tajamnya bilah pedang
tak sanggup memisahkan Â
senyawa yang kuat bersatu
tak berjarak dibelah waktu
silau panas sambung menepis
butiran debu lenyap menghilang
ribu batas lengkung bergaris
memandu riwayat perjalanan
silap sengketa bersilat lidah
melerai kusut pertengkaran
khilaf semata berbuat salah
terurai benang persoalan
janganlah tuan berhati geram
terbuai lamunan masa silam
sudilah puan menjadi tujuan
menuai harapan masa depan
Jogja, 11 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H