Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesan Terakhir

3 Juli 2016   02:30 Diperbarui: 3 Juli 2016   03:49 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tak terasa,
kemudian tak tersisa
waktu terus bergulir menyusuri masa

sungguh tak terasa
beberapa hari lagi gemuruh takbir menggema
menggelegar menyentuh dinding semesta
membahana di seluruh jagat alam raya
menyambut hari agung, satu syawal tiba
mengucurkan deras fitrah pada manusia

bulan Ramadhan akan beranjak dan pergi
meninggalkan purna keberkahan sejati
menitipkan hujan rahmat, limpahan ampunan
dan pembebasan dari siksa api jahannam
mewariskan semerbak wangi aroma syurgawi
untuk seluruh penduduk langit dan bumi
ia pergi memasuki dimensi yang tersendiri
menahan diri, dan akan berkunjung lagi
di tahun depan nanti

langit menangis bercucur air mata
seolah tak percaya Ramadhan kan tega
tak akan ada lagi lantunan do'a kemuliaan
yang mengisi setiap siang malam Ramadhan

tak akan ada lagi rindu hamba kepada Tuhan
mencumbu rayu dengan keluh kesah permintaan
tak akan ada lagi suara merdu lagu Al-Qur'an
yang memadati dimensi angkasa menuju pendakian

begitu jelas pesanmu, duhai Ramadhan

tugasku sudah selesai genap sebulan
kuberikan segala yang dititipkan Tuhan
kusimpan seluruh do'a dan pengharapan
kusampaikan kepada Yang Maha Rahman

dan kutitipkan semua yang bisa kutinggalkan,
bekal sebulan ketakwaan untuk membangun teladan
semoga bisa menjadi bahan yang tak pernah usang
memperbaiki setiap diri di 11 bulan mendatang
agar tetap tertanam kemuliaan sikap kesabaran
untuk menyikapi berbagai persoalan kehidupan
dengan keikhlasan, kepatuhan, dan ketaatan

dari pintu-pintu langit kulihat gumpalan awan
deras tangisannya dicurahkan dalam semalam
ada refleksi kesedihan seluruh semesta alam
sebab kecamuk duka cita menusuk palung dada
ketika tahu tentang kepergian tamu paling mulia

sampaikan do’aku pada Tuhan, duhai Ramadhan
agar diberi jatah kecukupan usia di tahun depan
sehingga aku dapat kembali bercengkrama riang
bermabit di malam-malam-mu yang indah nian

tak terasa
ada genangan tersisa
bergiliran mengoyak asa
jatuh tak bersuara
menyesak di lorong dada

Bandung, 28 Ramadhan 1437H - 03 Juli 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun