Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Pernah Sempurna Mengenal Tuhan

18 Juni 2016   19:34 Diperbarui: 18 Juni 2016   19:41 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gugus-gugus senja mengarak mega-mega
isak-isak di dada terserak di sana
suara derit pintu memecah redam
memisahkan senyawa yang kelam

tubuh lunglai menabrak ranting kering
tonggak malam berderak terbanting  
mengurai hening menjatuhkan bening
memerhati bersuara parau tak bergeming

lusuh raga terseok nyaris terpelanting
tersesat di binar yang memekat menguning
rapuh tak ada kekuatan untuk menahan
ketika setenggak nista dipertahankan

jika sekepal hasta menahan luka
lalu membatu menghuni rongga dada
remukkan saja dengan kepalan kekar
dan buanglah sisanya jangan kau biar

jiwa yang dinodai dengan kesombongan
terbelenggu dengan ego dan keakuan
ia tak pernah bertahan di arus kesadaran
dan tak pernah sempurna mengenal Tuhan

#Renung_14_Ramadhan_1437

Bandung, 18 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun