Mohon tunggu...
Syarifatun Nisa NH
Syarifatun Nisa NH Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

InsyaAllah, calon pendidik sekaligus penulis :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pantai Halogenia (Sekilas tentang Pendekatan Multiple Intelligence Semasa SMA)

16 Agustus 2012   08:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menyusun naskah, anggota kelompok yang pintar di pelajaran kimia mau tidak mau harus memahami lebih dulu sebelum membagi ilmu yang ia fahami kepada anggota kelompok lain, kemudian kami berdiskusi untuk menyamakan persepsi agar tidak salah menyampaikan materi dalam drama.

Setelah materi kami fahami, waktunya para penyusun naskah ambil bagian. Bermunculanlah ide kreatif dari semua anggota kelompok tentang drama yang akan dimainkan, mulai dari setting tempat, alur cerita, penokohan, sampai ide2 jenaka sebagai bumbu dalam drama. Kebetulan saat itu kelompok saya kebagian BAB tentang HALOGEN. Karena halogen adalah unsure pembentuk garam dan biasanya pembentukan garam identik terjadi di laut, akhirnya tercetuslah PANTAI HALOGENIA menjadi latar tempat dalam drama kami.

Awalnya cukup kesulitan juga ketika materi kimia yang biasa disampaikan dalam bahasa formal harus diolah kedalam bahasa naskah yang harus mudah difahami oleh penonton. Tapi alhamdulillaah, mungkin karena baru kali itu kami merasakan belajar kimia dengan enjoy, tanpa dipusingkan dengan rumus2 yang njelimet, lalu mengalirlah inspirasi-inspirasi kami.

Untuk memudahkan dalam menyampaikan materi, kami membuat tokoh2 dalam drama berperan langsung sebagai unsure-unsure halogen dan unsure lain sebagai pereaksi. Agar kesannya tidak menggurui, kami menyampaikan sifat masing-masing unsure dengan candaan anak-anak nelayan yang sedang bermain di pantai. Salah satu contoh ketika menerangkan kereaktifan unsure2 halogen, kami mengemasnya menjadi bentuk permainan oray-orayan (saya kurang tau bahasa Indonesianya oray-orayan apa, ular-ularan gitu ya? -__-“) dimana setiap anak-anak yang memerankan tokoh Fluor (Fluorin), Clor (Clorin), Brom (Bromin), Iod (Iodin), dan Asti (Astatin) disusun berurutan sesuai dengan kereaktifan paling tinggi berdiri di depan, menyusul unsure-unsure dengan kereaktifan lebih rendah di belakangnya.

Uniknya, teman-teman yang mengaku kurang ngeuh dengan pelajaran kimia justru terlihat sangat menikmati perannya. Karena, saat itu proses belajar tidak semata terpaku pada kemampuan kognitif yang terkesan menganaktirikan teman-teman yang memiliki potensi dan kecerdasan di aspek lain. Ada teman saya yang sangat suka menari, dan ia pun mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan memunculkan ide tarian anak-anak sebelum bermain pasir (bahkan lagu pengiringnya pun masih terekam jelas dalam ingatan saya, lagu milik penyanyi cilik Eno Lerian DuDiDuDiDam). Ada juga yang kecerdasannya muncul di musical, sibuk memilih musik-musik yang tepat untuk meramaikan drama.

Walaupun begitu kami tetap memahami esensi dari materi kimia yang harus kami sajikan, karena kami sadari selain memahamkan diri sendiri kami juga harus memahamkan isi materi kelompok kami kepada siswa lain. Satu hal yang menyenangkan bahwa kami dapat memahami dan menyampaikan materi yang terbilang sulit dengan gaya belajar kami sendiri, sesuai kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Cukup adil bukan?

***

Selama proses mendalami materi, penyusunan naskah, hingga pagelaran drama itulah yang selalu saya ingat sampai sekarang. Bagi saya drama kimia ini merupakan metode belajar yang paling mengesankan selama belajar di bangku sekolah. Pak Hadyan telah berhasil menstimulus kami untuk mempelajari kimia dengan kemasan yang terbilang aneh saat itu, hingga saya melihat teman-teman saya sangat maksimal memunculkan masing-masing potensi yang dimilikinya. Kami bisa dengan bebas mengeksplorasi kemampuan dan mengembangkan sayap-sayap imajinasi kami untuk dituangkan dalam drama kimia.

Sederhananya saya menyimpulkan bahwa seperti inilah salah satu potret penerapan strategy belajar dengan pendekatan Multiple Intelligence yang tengah marak dibahas di kalangan para pendidik. Dimana guru mampu membangunkan dan menarik keluar semua potensi yang terpendam dalam diri siswa didik dengan tidak memandang sebelah mata kecerdasan siswa lain yang mungkin dalam ukuran penilaia kognitifnya kurang, sehingga siswa merasa dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Jujur saya masih sangaat sedikit pengalamannya di dunia pendidikan, masih harus banyak belajar. Hanya ingin berbagi pengalaman dan semoga apa yang telah didapat dari guru saya ini bisa menjadi inspirasi bagi para calon pendidik dan guru-guru untuk lebih melejitkan kreativitasnya dalam mendidik siswa.

Terakhir saya ucapkan banyak terimakasih kepada guru-guru kehidupan yang telah sabar mendidik saya hingga saat ini. Semoga Alloh karuniakan balasan atas setiap ilmu yang diberikan dengan limpahan nikmat yang jauh lebih sempurna disisiNYA. Aamiin Yaa Rabb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun