Mohon tunggu...
Syanando Adzikri
Syanando Adzikri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Ingin mencari dan menshare ilmu + gagasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinkretisasi Aliran Kebatinan Pada Ajaran Islam di Nusantara

1 Agustus 2024   14:03 Diperbarui: 1 Agustus 2024   14:05 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebatinan... hampir jarang mendengar kata tersebut. Kata kebatinan apabila imbuhannya dihapus, maka kata asalnya menjadi Batin.

Kata batin berasal dari bahasa Arab, yaitu Bathana, artinya lawan dari Zahir. Baik batin dan zahir, kedua kata tersebut sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi lahir dan batin.

Yang lahir merupakan bagian luar, sedangkan yang batin merupakan bagian dalam. Jadi aliran kebatinan yaitu sebuah aliran yang mementingkan hal-hal yang sifatnya batin, seperti jiwa, ruh, nafsu, dan sebagainya.

Aliran kebatinan di Indonesia sangat beragam sekali penyebutannya. Ada yang menamakan dirinya aliran Ngelmu Sejati, Islam Murni, Agama Kuring (Sunda), Islam Hak, Susila Budi Dharma, Kebatinan Subud, dll.

Melihat kegiatan-kegiatan aliran kebatinan, contoh saja di Jawa, mereka mencoba untuk mengartikan ajaran Islam dengan arti yang mereka buat sendiri. Bukti yang ada ialah R. Ngabehi Ronggowarsito, sebagai bapak kebatinan Indonesia, dalam kitabnya Hikayat Jati, beliau mencoba untuk mensinkretisasikan (Mix) empat ajaran, yaitu, Animisme, Hindu, Budha, dan Islam yang dibalut dengan aqidah Wujudiyah, yaitu sebuah ajaran aqidah yang menyatakan bahwa Allah itu menyatu dengan makhluk "Aku adalah Allah, Allah adalah aku". 

Ronggowarsito juga mengajarkan amalan-amalan seperti shalat da'im, yaitu tetap shalat dalam batinnya, meskipun secara lahiriah tidak shalat. Serta sudah tidak perlu melakukan gerakan shalat. Dasarnya ialah surah al-Ma'arij ayat 23.

Ronggowarsito juga menafsirkan istilah-istilah Islam sesuai keinginan dirinya sendiri, seperti Baitul Ma'mur artinya kepalaku. Didalam kepala itulah aku. Tidak ada Tuhan melainkan aku.

Baitul Muharram artinya hati. Dan aku ada dalam hati itu. Aku ialah Allah.

Baitul Maqdis artinya sebuah Mahligai (Istana) suci tempatku yang berdiri dalam kantong kemaluan manusia....dan seterusnya.

Melihat ajaran-ajaran diatas sebenarnya aliran kebatinan malah merusak ajaran Islam. Niatnya ingin menyatukan malahan memperburuk dan menodainya.

Mereka cenderung menggunakan aqidah Hululiyah (Wujudiyah) yang keliru. Sudah jelas Allah berfirman:

Laisa Kamistlihii Shai' wa Huwa as-Samii' al-Bashiir.

"Tidak ada sesuatu pun yang Serupa dengan-Nya, Dan Dia-lah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Apalagi di dalam surah Al-Ikhlas sudah jelas menyatakan bahwa Allah tidaklah setara dengan makhluknya.

Istilah Islam dirusaknya dan ditafsirkan sesuai kehendak pribadi. Ibadah dirubah tata caranya. Malah diadakan shalat daim, dengan dalih gak usah sholat toh yang penting batinnya yang sholat. Padahal Nabi Muhammad saw saja, orang yang paling bertaqwa, tetap melakukan shalat sebagaimana yang telah ditentukan syari'at.

Mereka pun ngawur dalam menafsirkan Al-Qur'an. Tidak lain, kebatinan merupakan aliran yang ada karena gengsi terhadap ajaran Islam. Kaum priyayi gengsi kepada ulama' seperti Walisongo yang memiliki pengaruh dalam masyarakat.

Tidak hanya terjadi di Jawa saja, di seluruh tanah air pun terkena dampak kebatinan. Memang watak masyarakat Nusantara sudah lama menganut sistem Animisme dan Dinamisme. Sehingga tidak heran jika terjadi hal tersebut.

Di dunia Islam yang lain, sinkretisasi antara kebatinan dan Islam juga ada, seperti di negeri Persia (Iran) dan Syam, terdapat aliran Druze, di India terdapat aliran Sikh yang dibawa oleh Guru Nanak, seorang antek Kolonial Inggris.

Intinya sangat disayangkan dari kaum kebatinan, yaitu sinkretisasi agama, yang demikian itu malah membuat rusak ajaran agama. Ajaran agama semuanya itu bukan rujak yang bisa dicampur apa saja. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun