Kebatinan... hampir jarang mendengar kata tersebut. Kata kebatinan apabila imbuhannya dihapus, maka kata asalnya menjadi Batin.
Kata batin berasal dari bahasa Arab, yaitu Bathana, artinya lawan dari Zahir. Baik batin dan zahir, kedua kata tersebut sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi lahir dan batin.
Yang lahir merupakan bagian luar, sedangkan yang batin merupakan bagian dalam. Jadi aliran kebatinan yaitu sebuah aliran yang mementingkan hal-hal yang sifatnya batin, seperti jiwa, ruh, nafsu, dan sebagainya.
Aliran kebatinan di Indonesia sangat beragam sekali penyebutannya. Ada yang menamakan dirinya aliran Ngelmu Sejati, Islam Murni, Agama Kuring (Sunda), Islam Hak, Susila Budi Dharma, Kebatinan Subud, dll.
Melihat kegiatan-kegiatan aliran kebatinan, contoh saja di Jawa, mereka mencoba untuk mengartikan ajaran Islam dengan arti yang mereka buat sendiri. Bukti yang ada ialah R. Ngabehi Ronggowarsito, sebagai bapak kebatinan Indonesia, dalam kitabnya Hikayat Jati, beliau mencoba untuk mensinkretisasikan (Mix) empat ajaran, yaitu, Animisme, Hindu, Budha, dan Islam yang dibalut dengan aqidah Wujudiyah, yaitu sebuah ajaran aqidah yang menyatakan bahwa Allah itu menyatu dengan makhluk "Aku adalah Allah, Allah adalah aku".Â
Ronggowarsito juga mengajarkan amalan-amalan seperti shalat da'im, yaitu tetap shalat dalam batinnya, meskipun secara lahiriah tidak shalat. Serta sudah tidak perlu melakukan gerakan shalat. Dasarnya ialah surah al-Ma'arij ayat 23.
Ronggowarsito juga menafsirkan istilah-istilah Islam sesuai keinginan dirinya sendiri, seperti Baitul Ma'mur artinya kepalaku. Didalam kepala itulah aku. Tidak ada Tuhan melainkan aku.
Baitul Muharram artinya hati. Dan aku ada dalam hati itu. Aku ialah Allah.
Baitul Maqdis artinya sebuah Mahligai (Istana) suci tempatku yang berdiri dalam kantong kemaluan manusia....dan seterusnya.
Melihat ajaran-ajaran diatas sebenarnya aliran kebatinan malah merusak ajaran Islam. Niatnya ingin menyatukan malahan memperburuk dan menodainya.