Mohon tunggu...
Syamsu Rizal
Syamsu Rizal Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Belajar

Aku terlambat menyadari bahwa literasi dapat membuat manusia menjadi berisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merayakan Pilu untuk Bahagia

11 Oktober 2021   05:41 Diperbarui: 12 Oktober 2021   01:24 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingin kugali gunungan tanah, dan kucabut
Kayu nisan penuh duka itu berharap
Kau bangun dari tidur panjangmu.
Namun, kenyaataan justru membangunkanku

Aku memungut retakan-retakan jantungmu,
Merangkainya, lalu kuambisikan agar dapat berdetak.
Sebuah kesia-siaan yang dilakukan seorang anak kecil.
Hari-hari bernuansa biru, mencipta jaring-jaring pikiran.

Aku bertanya pada ibu, "Mengapa ayah pulang lebih dulu?"
Ayah tidak  sempat mengajarkanku mengikat tali sepatu,
Mengantarkanku ke sekolah dihari pertamaku,
Dan, menggendongku pada pundaknya sambil melihat atraksi gajah.

"Tuhan lebih sayang" Ibu menjawab dan semesta pun mengaminkan.
Ayah, aku mengenalmu dari cerita ibu dan album berlapis debu.
Aku memiliki sepasang mata yang serupa dengan milikmu.
Retakan-retakan jantungmu kini berdetak dalam bilik dadaku.

Ayah, tolong jangan marah, sebab ibu banyak menggantikan peranmu.
Perjuangan ibu tak pernah sederhana, Ibu berjuang selepas pergimu.
Kematianmu kini telah menjadi sebuah fakta, Kesedihanku bukan lagi sekadar luka, atau
berupa sajak-sajak penuh air mata, pilu ini menjadi peluru yang melesat menembus batas-batas rasional.

Ayah, meski kau mati secara ragawi, namun, kau tetap hidup dalam sanubari.  
Ayah, bila kita bisa, aku mau temu.
Ayah, Aku amat rindu.
Ayah, Mungkinkah kelak kita dapat berkumpul di surga dengan penuh rasa bahagia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun