Mohon tunggu...
Syam Sumarlin
Syam Sumarlin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Anak manusia yang berusaha meningkatkan produktifitas hidupnya. Menjadikan buku dan pena sebagai sahabat. Selamat menuliskan sejarah hidupmu kawan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontroversi Pembangunan Hotel di Islamic Centre Samarinda

16 Februari 2014   03:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga membubuhkan tanda tangan penolakan rencana pembangunan hotel di sekitar Islamic Centre. foto dokumentasi pribadi.

Gelombang penolakan rencana pembangunan Hotel PrimeBiz di samping Islamic Centre Samarinda, di Jalan Slamet Riyadi, Kecamatan Sungai Kunjang, terus bergulir dan semakin membesar. Khususnya di RT 41 Teluk Lerong Ulu, warga memasang spanduk di sekitar Islamic Centre berbunyi ajakan menolak rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tersebut. Aksi terakhir yang dilakukan warga sebelum salat Jumat (7/2) lalu, mereka membentangkan kain putih sepanjang kurang lebih 20 meter, sebagai media untuk membubuhkan tanda tangan dukungan penolakan. Dengan antusias, jamaah yang sependapat dengan penolakan itu satu persatu membubuhkan tanda tangan mereka. Karena penasaran, aku bertanya langsung kepada koordinator aksi yang rupanya ketua RT 41, Usman. Dia membeberkan alasan warga menolak rencana tersebut. “Hotel identik dengan tempat maksiat. Siapa yang bisa mengontrol hingga ke dalam kamar. Siapa yang menjamin kalau kamar hotel tidak dijadikan tempat mesum dan minum minuman keras (miras). Di sisi lain, hotel itu dibangun tepat di samping tempat ibadah yang harus bebas dari tempat maksiat,” katanya bersemangat. Mendengar alasan itu, aku takjub. Subhanallah, aku memuji dia. “Kritis juga bapak ini,” kataku dalam hati. Kita harus jujur mengakui, selama ini kamar hotel menjadi tempat paling aman untuk bermesum ria. Tidak ada yang bisa mengontrol atau mengganggu jika sudah berada di dalam kamar hotel. Razia penyakit masyarakat yang dilakukan aparat kepolisian juga tidak sampai menyentuh hotel kelas berbintang. Polisi hanya merazia hotel-hotel kelas melati yang memang kerap digunakan remaja berzina. Bukan itu saja, hotel juga menjadi tempat aman untuk bertransaksi sabu-sabu atau sejenis narkoba lainnya atau digunakan untuk pesta sabu-sabu dan minuman keras (miras), lalu dilanjutkan dengan pesta seks. Dan masih banyak jenis kejahatan lainnya yang dilakukan di dalam kamar hotel. Karena itu, wajar saja jika masyarakat sekitar Islamic Centre resah dan khawatir hotel yang akan dibangun di lingkungan mereka, tidak ada bedanya dengan hotel-hotel pada umumnya. Kalau memang hotel konvensional ditolak warga, mengapa tidak membangun hotel syariah saja, seperti yang sedang ramai dibangun di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Sebut saja Hotel Sofyan yang tercatat sebagai hotel pertama di Indonesia yang meraih sertifikasi Hotel Syariah dari Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesian(MUI), yang dibangun sejak tahun 1994. Konsepnya sudah bisa ditebak, mulai dari pelayanan hingga pengaturan semua sesuai dengan aturan Islam, dengan tidak mengenyampingkan prosedur dari pemerintah. Suasana syariah di Hotel Sofyan sudah terlihat dari cara berpakaian para karyawannya yang menggunakan busana muslim. Makanan dan minuman yang disajikan pun tidak ada yang beralkohol alias halalan tayyiban (halal dan baik). Bagi pasangan laki-laki dan perempuan yang hendak menginap di hotel ini juga diseleksi dengan ketat. Mereka harus bisa menunjukkan bahwa mereka suami-istri yang sah dengan buku nikah. Meski awalnya cukup sulit, lambat laun seleksi tamu ini menjadi daya tarik sehingga dengan sendirinya kesan bersih dan Islami muncul. Inilah konsep dasar yang membedakan antara hotel biasa dengan hotel syariah. Di Hotel Sofyan tidak ada pub yang live music atau dangdutan dan jangan berharap ada wanita penghibur seperti hotel kebanyakan lainnya. Yang ada justru speaker atau pengeras suara di setiap kamar sehingga ketika waktu salat tiba terdengar suara azan dari langit-langit kamar. Yang menarik dari hotel syariah, selain pelayanan yang memuaskan, hotel ini rupanya tidak hanya dikunjungi Umat Islam. Tetapi banyak warga non muslim yang juga menjadikan hotel syariah sebagai tujuan menginap mereka. Meski mereka non muslim, aturan syariah tetap berlaku. Nah ini kesempatan emas bagi pengusaha yang katanya akan membangun Hotel PrimeBiz. Jika hotel itu konsepnya mengikuti syariah, maka Hotel PrimeBiz menjadi hotel syariah pertama yang dibangun di Samarinda atau bahkan mungkin di Kaltim. Apalagi berdekatan dengan Islamic Centre yang selama ini memang menjadi salah satu tujuan wisata bagi dari Kaltim sendiri maupun di luar Kaltim. Wallahu a’lam bishawab…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun