Indonesia pusaka, Indonesia tercinta
          Nusa, bangsa, dan bahasa
          Kita bela bersama
Betapa bahagianya saya pada hari itu. Betapa tidak ! Murid kita telah berinisiatif mengungkapkan pendapatnya sendiri dari hasil kajiannya tentang pelajaran yang dia dapatkan sebelumnya, dikaitkannya dengan pengalaman belajar berikutnya, dan dikemukakannya dengan berani, baik dan sopan.Â
Teman-temannya memberikan respon yang positif pula. Ditambah lagi dengan semangat dan partisipasi aktif mereka mempelajari dan menyanyikan lagu itu. Dalam hati saya berdoa semoga apa yang saya lakukan bersama pemuda-pemudi kecil itu memberi manfaat yang besar untuk masa depan mereka kelak. Aamiin..
Opini yang menggelitik dari anak tadi mengusik saya terkait judul lagu ini, mengapa kebanyakan orang menyebutnya hanya "Satu Nusa Satu Bangsa". Dikemanakan satu bahasa-nya ? Bukankah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyiratkan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa ?Â
Sebuah simpul geografis-kultural, di mana bahasa menjadi salah satu unsur perekatnya, terikrar pula dalam kesakralan sumpah, tak bolehlah dipisahkan. Di sisi lain, kita tahu bahwa BPPB (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) sudah lama menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa. Tepatnya Bulan Bahasa dan Sastra. Belum pernah kita dengar istilah 'bulan nusa' atau 'bulan bangsa'.
Kita tonton konser yang megah dan bergengsi, kita bernyanyi di acara-acara dan upacara-upacara dari tahun ke tahun, bahkan kita cari di perangkat sekelas google dan youtube sekalipun, tidak kita temukan lagu berjudul "Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa". Hanya ada "Satu Nusa Satu Bangsa", bahkan "Satu Nusa". Ada apa ini ? Tak pentingkah satu bahasa ? Begitu repotkah mengucapkan atau menuliskannya ? Terlalu panjangkah ? Tak cukup waktukah ?
Dari pengamatan sepintas dan amatiran yang saya lakukan, ditambah prasangka baik dan feeling, kelihatannya memang begitu. Kajian sederhana menyimpulkan, teramat jauh kalau masalah ini dikaitkan dengan aspek politis maupun bisnis. Secara naluriah, manusia memang cenderung menyukai sesuatu yang mudah, praktis, dan sederhana. Kita lihat, bahkan sejak dahulu, betapa tumbuh makin subur trend membuat singkatan dan akronim. Misalnya : NKRI, curhat, covid ; bahkan hingga ke nama-nama orang seperti SBY, Jokowi, dan sebagainya.
Kalau demikian, dengan segala hormat dan kerendahan hati, mungkin kita perlu mengusulkan kepada keluarga almarhum Bapak Dr. Liberty Manik melalui pemerintah kita, untuk menyingkat judul lagu tersebut menjadi "Sumpah Pemuda" !
Setahu saya, sampai saat ini di Indonesia belum ada lagu yang memakai judul itu. Dan kalaupun perlu diciptakan -- untuk tujuan memuliakan peristiwa bersejarah yang teramat monumental itu -- saya rasa lirik lagu "Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa" berikut pesan, makna, isi, visi dan misi yang terkandung di dalamnya, juga melodi dan jiwa lagu tersebut, sudah sangat cukup merepresentasikan tujuan itu. Apalagi lagu tersebut sudah terlanjur melegenda di hati seluruh anak bangsa ini. Kalaupun suatu saat nanti ada komposer menciptakan lagu dengan judul yang sama, usul saya, tukaran saja, atau cari judul lain. Hehehe