Tanah air insyaAllah jaya untuk s'lama-lamanyaÂ
Gitu, Pak !" katanya sambil lantang bernyanyi.
Saya tak bisa menahan tawa mendengarnya. Terasa begitu lucu. Bukan apa-apa. Hanya karena asing. Tidak terbiasa. Ditambah pula dengan gaya polos imut-imut si anak tadi. Teman-temannya seisi kelas pun semua ikut tertawa. Riuh rendah suasana siang itu di kelas kami.
Dalam hati terbersit decak kagum saya kepada anak ini. Saya melihat, itu ungkapan spontan dari benaknya yang baru diajarkan kepadanya tentang kata 'pasti' atau 'hakekat kepastian' oleh guru agamanya, lalu secara jujur (polos) dia membuat interpretasi tentang syair lagu tadi.
Tak lama kemudian saya tersadar bahwa yang diprotes toh bukan saya, tapi almarhum Bapak Dr. Liberty Manik, komponis lagu itu, dosen pembimbing skripsi saya saat kuliah di Jurusan Musik ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta dulu. Beliaulah yang menyimpan argumentasi mengapa di situ ada kata 'pasti' atau mengapa digunakan kata 'pasti'. Beliau yang tahu asbabun nuzul-nya. Beliau pemilik visi-misi dan pesan mau diarahkan ke mana, kepada siapa, dan apa filosofi syair lagu yang dibuatnya itu.Â
Beliau yang harus bertanggungjawab karena telah berani "mendahului Tuhan" dengan mengatakan bahwa tanah air kita pasti jaya untuk selama-lamanya. Tugas saya cukuplah menjelaskan saja apa yang saya tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan lagu itu, khususnya tentang kata 'pasti' tadi, agar si murid bisa menerima dengan lega. Itu saja.
Maka saya pun mengembalikan kepada sang murid dan teman-temannya, apa kira-kira yang bisa kita gali atau kita duga sang pencipta lagu hendak sampaikan. Dari barisan tengah, persis di depan saya, seorang temannya membantu saya memberikan jawaban.
"Kata 'pasti' di situ maksudnya bukanlah 'pasti' yang sok tahu, yang seakan-akan mendahului Tuhan, tapi menunjukkan tekad kita yang bulat disertai kesungguhan yang berkelanjutan untuk terus berjuang bersama membangun tanah air kita, sehingga timbul keyakinan yang teguh bahwa tanah air kita pasti akan jaya selama-lamanya." Kalimat terakhir ini memang saya yang menyusunnya, tapi seingat saya itulah inti dari jawaban si anak tadi.
Alhamdulillah.. saya lihat sang pemuda kecil dan teman-temannya sekelas dapat menerima penjelasan tadi. Maka selepas itu dengan gembira kami pun mengulang kembali menyanyikan lagu itu dari awal.
          Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita
          Tanah air pasti jaya untuk s'lama-lamanya