Mohon tunggu...
Syamsul Rijal
Syamsul Rijal Mohon Tunggu... -

Mahasiswa, bermimpi menjadi penulis yang produktif. sebab dengan menulis, bisa menunjukkan bahwa saya ada. dan dengan menulis saya bisa berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adakah Dusta yang Terpuji?

18 Mei 2012   23:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Ide dari tulisan ini saya peroleh saat saya menghadiri shalat jum’at kemarin di Masjid At-Ta’liim IIP Ampera Jakarta Selatan. Sebenarnya saya ingin menuliskan ini tadi malam, tapi karena ada kesibukan akhirnya baru saya tuliskan pagi ini.

Saya tertarik dengan materi khutbah yang disampaikan oleh sang khatib. Isi khutbahnya tersebut akan menjawab pertanyaan yang saya jadikan sebagai judul tulisan ini, yaitu Adakah Dusta Yang Terpuji…?.

Dusta adalah berkata tidak benar atau berbohong. Dusta pada hakikatnya merupakan sifat tercela, sifat yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya serta segenap manusia, sebab Dusta merupakan salah satu ciri kemunafikan; dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits; “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim).

Kendati Dusta merupakan sifat tercela, namun ada tiga macam dusta yang terpuji dan dibolehkan dalam Islam. Ketiganya disebutkan oleh Rasulullah saw dalam hadits berikut ini:

Dari Ummu Kultsum binti Uqbah radhiallahu anha bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bukanlah disebut pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan cara dia menyampaikan hal-hal yang baik atau dia berkata hal-hal yang baik”. (HR. Al-Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605)
Maksudnya: Walaupun apa yang dia sampaikan atau katakan itu tidak benar, akan tetapi dia mengucapkannya agar terwujud perdamaian di antara kedua belah pihak.
Dalam riwayat Muslim ada tambahan:
“Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal: Dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami.”


  1. Dusta untuk mendamaikan pihak yang bertikai.
  2. Dusta dalam perang. Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    “Perang adalah tipu daya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
  3. Dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami. Tujuannya adalah untuk menyenangkan hati keduanya. misalnya dengan memuji masakan sang istri, meskipun rasanya kurang enak.


Inilah ketiga dusta yang diperbolehkan dalam Islam. Selain ketiga hal ini, maka semuanya tercela dan wajib untuk dijauhi.

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat dan memberikan pencerahan buat kita semua. amiin.

Salam,

Rijal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun