Mohon tunggu...
Syamsul Hidayah
Syamsul Hidayah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penulis , editor, dan penerbit buku. CP:0821 7700 1102 atau email :syamsulhidayah1975@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Secangkir Teh Manis Habib Qreschev

12 Oktober 2015   09:29 Diperbarui: 12 Oktober 2015   09:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di dalam stadion, ia bisa melihat dari dekat gocekan Alfredo de
Stefano. Biasanya ia hanya menyaksikan Alfredo di layar televisi. Ia merasa  puas meski pulang harus jalan kaki lagi.

Kepada dua cucunya yang hobi bola, Fathi dan Izzat, Quraish bercerita
pemain bola bernama Qreschev. Pemain klub Zamalek Mesir  dan berposisi sebagai gelandang.  Setelah banyak mengenal referensi pemain bola kelas dunia, Fathi dan  Izzat tidak menemukan pemain bernama Qreschev.  Akhirnya dia buka  kartu. Qreschev itu personifikasi dirinya. Qreschev itu plesetan dari Quraish Shihab.

"Izzat kalau mau jadi pemain bola profesional saya dukung. Pemain bola
profesional yang shalat, pengaruhnya lebih hebat dari seorang kyai,"
pesan Quraish, biasa disapa Habib oleh cucu-cucunya.

Meski gemar menonton bola, tidak menyurutkan hobi menulis dan membacanya. Fatmawaty, isterinya, terpaksa jadi isteri kedua, kala dirinya  sudah berhadapan dengan komputer atau laptop.  Hingga usianya 70 tahun (16 Februari 2015), jumlah halaman dari semua bukunya mencapai 24. 251 halaman. "Saya merasa tidak hidup kalau tidak menulis. Saya sangat nyaman di depan komputer dan saya tidak pernah kehabisan ide," kata Quraish. (Hal. 268).

Tentu karya fenomenalnya, Tafsir Al Misbah sebanyak 15 jilid. Buku tafsir ini sudah 10 kali cetak ulang. Padahal satu jilid harganya
Rp. 2.430.000.

Apa rahasianya Quraish begitu produktif menulis? Jawabanya ada di
secangkir kopi teh manis. Dengan adukannya sendiri, Quraish akan larut
dalam menulis.  Tapi minuman itu harus dirinya sendiri yang
membuatnya. Racikan teh isterinya pun tak mempan di lidah Quraish.
"Saya tidak bisa menulis tanpa minum teh  buatan sendiri. Karena. Itu
pada bulan puasa saya tidak produktif menulis," katanya.

Buku ini pun seperti secangkir teh manis yang diracik Quraish. Sulit mencari titik lemah dari buku ini semisal salah tulis atau hasil cetakan tidak sempurna. Meskipun demikian, sekali lagi, buku ini tidak mengambarkan secara utuh, perjalanan hidup Quraish. Sebenarnya, masih banyak yang bisa digali dari kepribadiannya.  Yang jelas, usai membaca buku ini, kita harus banyak belajar dari Habib Creschev ini.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun