Buku ini memberikan pelajaran kepada pembaca, pertama, pendidikan adalah utama. Qurasih  bisa menjadi seperti sekarang sampai pernah menjadi Menteri Agama selama 70 hari di ujung kekuasaan Presiden Soeharto, pada 1998, semua itu tak lepas dari lepas dari proses pendidikan yang dijalani Quraish.
Dalam menuntut ilmu, Quraish menjalaninya dengan tertatih-tatih. Satu cerita yang untuk mengambarkan diri, saat dirinya kuliah di Universitas Al Azhar Mesir. Bersama adiknya Alwi Shihab, mantan Menteri Luar Negeri, era Presiden Gus Dur, ia melancong ke Jerman, bekerja di pabrik onderdil mobil. Upah dari bekerja ini, dua beradik ini akhirnya bias menutupi kebutuhan untuk hidup di Mesir. Bahkan Quraish sempat mengirimkan penghasilan dari bekerja itu kepada ibunya.
Â
Kedua, tingkat kedisplinan Quraish  sangat tinggi, terutama dalam menulis. Usai Shalat Subuh, Quraish bias menulis 7 sampai 8 jam sehari. Pada usia 22 tahun, dia sudah menulis dalam bahasa arab sepanjang 60 halaman berjudul Al Khawatir. Di dalam buku ini, dicatat, Quraish sudah menghasilkan 40 judul buku, sebagian besar best seller, dicetak berulang-ulang.
Ketiga, Quraish orangnya moderat. Dalam buku ini, tidak diceritakan mazhab keagamaannya. Ketika membahas persoalan keagamaan yang
muncul di masyarakat, ia memaparkan lalu menjelaskan mazhab dan
pemikiran yang terkait dengan persoalan yang mengemuka di masyarakat. Dengan pemaparan demikian ia mempersilahkan masyakarat menggunakan akal sehatnya. Kalau pun ingin mengikuti dirinya. dia juga tidak menolak.
Sikap moderat ini menurun dari ayahnya. Aba selalu mementingkan
sikap moderat tanpa bermaksud menggampangkan dan selalu mencari titik temu. Ini bukan saja antar kelompok Islam tapi juga dengan kelompok non Muslim (Hal.25)
"Sayalah yang paling konsisten di antara kakak dan adik. Berada di
tengah dan memilih organisasi yang lebih menyatukan umat. Saya bukan
NU, Muhammadiyah,Sunni atau Syiah," kata MQS (Hal.28)
Sebagai kepala keluarga, dia juga tidak otoriter. Ia selalu piawai
sekali membangun suasana saling menghargai serta menghormati antar
anggota keluarga. Soal pendidikan anak, dirinya  membebaskan anak didiknya memilih karir,p sesuai potensi yang dimiliki. Salah satu anaknya dikenal publik, Najwa Shihab, presenter acara Mata Najwa di televisi.
Buku ini juga mengungkap kegemaran pakar tafsir Alquran hobi sepakbola. Dia pendukung berat Los Blancos, Real Madrid. Idolanya legenda Real Madrid Alfredo de Stefano, pemain terbaik dunia 1957 dan 1959.
Â
Saat Real Madrid melawat ke Mesir, melakukan pertandingan persahabatan dg Zamalek Sport Club, klub liga Mesir, juga klub kesayangannya, ia bersama dengan adiknya Alwi Shihab, tahan berjalan kaki sejauh 1 jam menuju stadion.