Dalam seminggu, dia mengirimkan plastik giling dalam keadaan kering sekitar tiga sampai enam ton ke Lampung. Dia mempunyai mimpi, ingin mendirikanpabrik plastik di Kota Prabumulih. Dia melihat di kota-kota lain, plastik yang diperoleh dapat diolah kembali menjadi bahan jadi.
“Jadi tidak perlu lagi di bawa keluar kota, seperti di Palembang, plastiksudah menjadi kursi dan lemari plastik, dan itu bisa menekan ongkos transportasi ”kata dia.
Mimpi Samran bukan sesuatu yang mustahil. Ia yakin suatu saat, pabrik itu akan berdiri. Entah oleh dirinya, orang lain atau pun pemerintah. Obsesinya cuma satu, ketika dia tidak lagi berada di dunia, masyarakat tanah kelahirannya ini dapat sejahtera atas keberadaan pabrik tersebut. Itu saja. Yang jelas, Samran telah menyalakan lampu harapan untuk tanah kelahirannya, ketika elit politik menghidupkan api konflik yang membuat rakyat kian bingung(syamsul hidayah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H