Mohon tunggu...
Syamsul Bahri
Syamsul Bahri Mohon Tunggu... Administrasi - coretan seadanya berawal dari minum kopi.

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Pelit, Tuan Rumah Harus Ingatkan Agar Tidak Membuang Makanan

23 Februari 2020   23:56 Diperbarui: 25 Februari 2020   05:35 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuang-buang makanan (Dok:erabaru.net)

Makanan yang terbuang menjadi pemandangan yang lazim di setiap pesta pernikahan. Makanan yang berubah menjadi limbah dari perilaku para tamu yang tidak mampu "mengendalikan diri" ketika melihat makanan yang tersaji.

Perilaku ini tak semata disebabkan karena makanan yang disajikan tidak enak. Tapi juga disebabkan karena keinginan yang tak berbanding lurus dengan kemampuan daya tampung perut. Meskipun pada saat itu makanan yang disajikan rasanya enak.

Mengutip tulisan pada laman Tirto.id, bahwa dalam Food Sustainability Index (FSI) yang diterbitkan oleh The Economist Intelligent Unit (EIU) bersama Barilla Center for Food and Nutrition Foundation (BCFN), terdapat penilaian ketahanan pangan terhadap sejumlah negara. Indonesia salah satunya di dunia.

Indeks ketahanan pangan dalam laporan tersebut dinilai berdasarkan 58 indikator yang dirangkum dalam empat aspek: keseluruhan (overall), makanan mubazir dan limbah makanan (food loss and waste), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), dan tantangan gizi (nutritional challenges).

Indeks tersebut digambarkan dalam skala angka 0-100, di mana 100 berarti paling bagus, sedangkan 0 berarti sebaliknya. Skor yang didapat masing-masing negara dikategorikan ke dalam tiga kelompok: rendah (0-33), menengah (33-67), dan tinggi (67 ).

Pada 2016, EIU dan BCFN melakukan penilaian terhadap 25 negara pada FSI, sedangkan pada 2017 bertambah menjadi 34 negara. Dalam laporan tersebut, secara keseluruhan pada 2016 Indonesia berada di peringkat ke-21 dari 25 negara dengan skor 50,77. Indonesia masih lebih baik dibandingkan Uni Emirat Arab (UAE), Mesir, Arab Saudi, dan India.

Namun, pada 2017, indeks memburuk: secara keseluruhan Indonesia berada di peringkat ke-32 dari 34 negara dengan skor 52,43, hanya lebih baik daripada India dan UEA.

Berdasarkan aspek penilaian di atas, maka perilaku sebagian manusia yang membiarkan makanan tersisa dan terbuang percuma menjadi limbah menjadi salah satu penyebab memburuknya indeks tersebut.

Saya membayangkan ada terobosan atau hal baru yang dilakukan untuk mengatasi perilaku ini. Tidak hanya mengandalkan kesadaran dari para tamu yang mungkin masih segelintir orang. Namun melalui upaya tuan rumah yang dapat dilakukan pada saat memberikan kata sambutan di awal acara. 

Pada sesi ini agar juga menyampaikan pesan moral agar para tamu tidak membuang-buang makanan. Tidak hanya sekedar ucapan terima kasih dan permohonan maaf yang disampaikan sebelum tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai dan menikmati makanan yang disajikan.

Ingatkan agar mengambil makanan menyesuaikan dengan kemampuan, bukan dengan tanpa kontrol. Tentunya dengan bahasa yang dapat diterima bahkan menginspirasi para tamu undangan bukan justru menimbulkan ketersinggungan. Kami bukan Pelit. Ambil secukupnya saja, dan jangan malu untuk menambah ketika belum kenyang.

Adapun makanan yang masih tersedia ketika pesta berakhir akan langsung didistribusikan bagi warga yang tinggal di daerah-daerah kumuh atau panti asuhan.

Dengan ini, maka kita tidak hanya menghilangkan perilaku yang suka membuang makanan namun juga dapat berbagi dengan sesama. Dan juga suatu bentuk kontribusi nyata sehingga Indonesia bisa memperbaiki indeks dan tidak menjadi Negara di dunia dengan indeks yang semakin memburuk dalam Food Sustainability Index (FSI) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun