Mohon tunggu...
Syamsul Arifin
Syamsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram

Dosen UIN Mataram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Israel, Ilusi Teologis Mengingkari Fakta Empiris

23 Mei 2021   11:33 Diperbarui: 23 Mei 2021   11:49 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Noam Chomsky, filsuf dan kritikus politik terkemuka sekaligus sebagai profesor linguistik, juga berujar bahwa okupasi Israel lebih parah daripada politik apartheid. 

Zacharias Szumer  -- yang lahir sebagai keturunan Yahudi dan besar di Australia --juga merespon bahwa gagasan ide negara Israel yang didasarkan pada sentimen etno-religius adalah sebuah kekeliruan. Menurutnya, pendirian Israel melalui proyek Zionisme adalah solusi yang kacau untuk permasalahan yang kacau. 

Menegasi sejumlah pandangan di atas, dr. Siamak Morsadegh -- satu-satunya anggota parlemen Iran berdarah Yahudi – migrasi ke Israel bukan pilihan. Jika kaum Yahudi harus tinggal di satu tempat berarti membenarkan pandangan bahwa kaum Yahudi berbeda dengan manusia pada umumnya.

Tak ada yang meragukan peran dan kontribusi para ilmuwan tersebut terhadap bangunan sains modern sehingga dunia Barat (baca Eropa dan Amerika Serikat) mengalami lompatan kemajuan yang belum pernah dicapai oleh bangsa-bangsa sebelumnya. 

Namun, obyektivitas pemikiran mereka menyangkut ide negara Israel tidak mendapatkan respon yang memadai dari masyarakat dimana paham Zionisme berkembang. Alih-alih dijadikan referensi, justru pandangan mereka mendapatkan perlawanan dari pihak yang berilusi teologis tentang ide negara tersebut.

Berbeda dengan penganut paham “Holy Land” yang hanya beraksi secara personal, nyaris tanpa gerakan yang memadai, Penganut paham “Homeland” melakukan gerakan struktural, sistematis, dan masif dalam mewujudkan ide negara Israel. 

Di samping itu, mereka membangun sinergi di wilayah ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya, sastra, sejarah, dan teologi untuk membangun tesis bahwa negara Israel adalah fakta, suatu realitas yang nyata bukan ilusi. Kemudian, gerakan ini didukung oleh kekuatan militer, politik, ekonomi dan press kelas dunia, khususnya yang berbasis di Inggris dan Amerika Serikat.

Gerakan ini terorganisasi lebih rapi berawal dari adanya konsep historis Zionisme oleh Ben Zion-Dinur, sejarawan dan akivis Zionis generasi pertama dan tulisan jurnalis berdarah Yahudi kelahiran Hungaria, Theodor Herzl yang berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi) pada tahun 1896. Dengan ide tersebut, Herzl membangun jaringan lintas batas untuk menghimpun setiap orang Yahudi Eropa yang mengalami diskriminasi. 

Pada 29 - 30 Agustus 1897 di Aula konser Casino Muncipal di kota Basel, Swiss, dia berhasil menggelar Kongres Pertama organisasi Zionisme di mana dia dipilih sebagai ketuanya. Gerakan ini semakin menemukan justifikasi historisnya setelah adanya konsep Zionisme yang ditulis oleh Sir Martin Gilbert -- sejarawan kenamaan asal inggris – dalam Atlas of the Israel-Palestine Conflict. Di sini, narasi mitos historis mereka tidak saja mendapatkan dukungan di kalangan Yahudi, tetapi juga berhasil mempengaruhi sentimen kulkural dan ideolgi fundamentalis di luar masyarakat Yahudi.

Mendapatkan dukungan kultural dari Non-Yahudi dan pada saat yang bersamaan gelombang anti semit  Eropa dan Rusia semakin menggila, terutama oleh Adoft Hitler dengan mesin politiknya Nazi yang meng-holocaust sekitar 6 juta bangsa Yahudi, usaha pendirian Negara Israel semakin menguat. 

Pada kongres Keenam (26 Agustus 1903), Theodor Herzl sempat mengusulkan Afrika Timur (baca Uganda) sebagai tempat  tinggal bagi komunitas Yahudi. Namun, usulan tersebut justru memantik polemik baru di kalangan Yahudi. Gagal dalam kongres keenam, pada 2 November 1917, organisasi Zionisme berhasil merumuskan Deklarasi Balfour yang memberi mandat kepada Inggris untuk menjadikan Palestina sebagai rumah bangsa Yahudi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun