Mohon tunggu...
SYAMSUL ARDI
SYAMSUL ARDI Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi main bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Supervisi Akademik

23 September 2024   15:31 Diperbarui: 23 September 2024   15:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI 

Coaching untuk supervisi akademik

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Pada proses pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan coaching untuk supervisi akademik dalam pembelajaran berama dengan guru banyak pemahaman yang terbaru yang bisa diperoleh, sehingga memperkaya pemahaman akan pengetahuan tentang coaching dan supervisi diantaranya:

  • Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Mengenai coaching dapat diketahui bahwa proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Perbedaan coaching, mentoring, konseling, fasilotasi dan training dari sisi tujuan antara lain: coaching, menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki, sedangkan konseling biasanya dilakukan ketika ada masalah emosi dan psikologis, fokus pada pembenahan masa lalu, dan kadang melibatkan terapi dan pendekatan remedial. Mentoring  membagikan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya, fasilitasi membantu memudahkan kelompoknya dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan membuat keputusan untuk meningkatkan efektivitas kelompok itu, training  mengembangk an pengetahuan dan keterampilan trainee. 

Kompetensi inti dari seorang coach terdiri dari kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan yang berbobot.  Setelah mempelajari bagaimana mendengarkan aktif, berikut ini adalah salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang meliputi  R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan. A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan "oh..." "ya...". Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat. S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai Setelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan antar lain: ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing), ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya,  pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi,  dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana, hindari menggunakan pertanyaan tertutup: "mengapa" atau "apakah" atau "sudahkah".

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: Kemitraan atau proses kolaboratif antara supervisor dan guru,  Konstruktif atau bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana atau dilakukan dengan perencanaan bersama antara supervisor dan supervisee,  Reflektif atau dilakukan secara reflektif terhadap kegiatan  yang dilakukan,  Objektif  atau data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif atau mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

  • emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar;
  • Pembelajaran yang dilakukan untuk materi ini, dilakukan dengan baik, tiga materi utma yang dipahami dengan baik adalah Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching, Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, dengan ketiga materi di atas, menambah wawasan lebih mendalam mengenai supervisi dan coaching, memhami ketiga materi tersebut memerlukan energi atau kecermatan dan pemahaman yang baik, karena memiliki tingkat kesekuran dalam hal membedakan antara coaching, mentoring, konseling, fasilitasi, dan training, namun semua bisa dilewati dengan menggunakan kesungguhan dan semangat belajar yang  membara, sehingga tentunya menimbulkan motivasi dan semnagat untuk mengembangkan atau mengimbaskan materi ini kepada rekan lain juga bisa meningkat.
  • apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar;
  • Saya mampu membuat alur cerita atau vidio tentang penerapan alur TIRTA dan RASA serta mengajak teman CGP untuk berkolaborasi saat mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA tersebut dan memberikan pertanyaan berbobot dengan alur RASA yang diselaraskan dengan prinsip coaching dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual, baik berperan sebagai coach, coachee, maupun pengamat (observer).
  • apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar;
  • Setelah melalui semua proses dalam pembelajaran Coaching untuk supervisi akademik, muncul hasil analisi terhadap diri sendiri, dimana kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot masih perlu diberi polesan atau kualitas sehingga pertanyaan yang dimunculkan betulbetul sesuai konteks materi yang dibicarakan dan lebih memiliki bobot untuk mengeksplor seluruh solusi dari masalah yang dibicarakan, selain itu juga mimik atau pemahaman terhadap masalah ynag dibicarakan perlu dtingkatkan dengan memiliki persiapan yang lebih baik.
  • keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi.
  • Pembelajaran tentang coaching dalam supervisi akademik, mampu memberikan sebuah pengalaman yang menarik dan pengetahuan tentang supervisi yang lebih kimplit, sehingga kompetensi tentang coaching dalam supervisi akademik bisa meningkat dengan baik. Hal Ini iterlihat dari hasil vidio dalam melakukan praktik percakapan dengan alur TIRTA , baik sebagai coach, coachee, maupun pengamat. Dalam  mempraktikkan proses coaching, kemampuan wawasan dan pengetahuan tentang materi pembicaraan harus luas, harus mampu memfokuskan diri pada masalah dengan mengesampingkan asumsi-asumsi pribadi, sosial emosional pada situasi yang dihadapi, berpikir secara lambat atau matang dengan tetap berpedo,man pada  prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

  • memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh;
  • Bagaimana implementasi coaching dalam supervisi akademik di sekolah?
  • Prinsip coaching Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan
  • dapat diterapkan disekolah jika kemauan dan inisiasi ada pada kepala sekolah. Hal ini harus didukung oleh pengetahuan kepala sekolah tentang penerapan coaching dalam supervisi akademik. Pelaksanaan supervisi secara berkala bertujuan sebagai bahan penilaian bagi guru, sejauhmana pengetahuan dan kecaakapan dalam memberikan pembelajaran kepada siswa, yang dapat menuntun siswa pada kodrat yang mereka miliki, selain itu juga sebagai cara untuk meningkatkan kompetensi guru baik akademik maupun kompetensi paedagogik. Dalam pelaksanaan supervisi harus memalui bebrapa tahap mulai dari pertemuan pra observasi dan pasca observasi hingga kegiatan observasi kelas, dimana dalam kegiatan tersebut tobservasi, kepala sekolah harus mendiskusikan perencanaan yang akan dilakukan oleh guru, sedangkan saat pasca observaserjadi percakapan intens dengan kepala sekolah, kepala sekolah memberikan umpan balik atau tindak lanjut terkait pelaksanaan observasi kelas yang dilakukan oleh guru.
  • mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru;
  • peran guru sebagai coach adalah sebagai berikut:
  • Pengembang potensi diri siswa
  • Peran seorang guru tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi harus mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa sesuai dengan kodrat alam dan zaman.
  • Meningkatkan kepercayaan diri siswa
  • seorang guru tidak hanya mengevaluasi kinerja murid, tetapi juga membantu murid dalam mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri mereka. Guru harus memiliki keterampilan yang dibutuhkan sebagai seorang coach, seperti kemampuan mendengarkan dengan baik, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memotivasi murid.
  • Menemukan profil diri siswa
  • Guru sebagai coach harus dapat membantu murid menemukan kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, serta membantu mereka dalam menetapkan tujuan yang realistis dan merencanakan strategi untuk mencapainya. Dengan bantuan seorang guru sebagai coach, murid akan merasa lebih terlibat dalam proses belajar mereka dan menjadi lebih percaya diri.
  • Meningkatkan kemandirian siswa
  • Guru sebagai coach juga perlu mendorong murid untuk belajar secara mandiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan murid kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas sendiri dan memberikan bantuan saat diperlukan. Dengan demikian, murid akan belajar bagaimana mencari solusi dan menjadi lebih mandiri dalam belajar

menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah);

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun