Malang, 22 Mei 2024 - Perkembangan pesat dalam industri transportasi, terutama dengan munculnya layanan transportasi berbasis aplikasi digital, telah memberikan tantangan signifikan bagi ojek konvensional di Indonesia. Di Stasiun KAI Malang Kota Baru, para pengemudi ojek konvensional merasakan dampak langsung dari persaingan ini. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa layanan transportasi modern, seperti ojek online, memengaruhi aspek ekonomi, sosial, dan budaya para tukang ojek konvensional di sekitar stasiun tersebut.
Penurunan Pendapatan dan Persaingan Ketat
Menurut hasil penelitian yang dilakukan melalui studi pustaka, pendapatan para tukang ojek konvensional mengalami penurunan drastis. Banyak penumpang kini beralih menggunakan ojek online yang dianggap lebih praktis dan efisien. Perbedaan harga yang signifikan antara tarif ojek konvensional dan ojek online juga memaksa tukang ojek pangkalan untuk menyesuaikan tarif mereka agar tetap kompetitif. Namun, upaya ini sering kali tidak cukup untuk mengimbangi daya tarik ojek online.
Reza Firmansyah, seorang pengemudi ojek konvensional di Stasiun KAI Malang Kota Baru, mengakui bahwa maraknya ojek online telah mempengaruhi pekerjaannya. "Kadang dalam sehari saya hanya mendapat satu penumpang atau bahkan tidak ada sama sekali," ungkap Reza. Persaingan harga yang ketat dan kemudahan akses melalui aplikasi membuat ojek konvensional semakin sulit bertahan.
Dampak Sosial dan Perubahan Gaya Hidup
Selain dampak ekonomi, perubahan ini juga mempengaruhi aspek sosial. Pola mobilitas pengguna transportasi berubah, dengan preferensi yang lebih memilih praktikalitas layanan transportasi online. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik antara pengemudi ojek konvensional dan online terkait perebutan penumpang. Perubahan ini juga mengubah gaya hidup masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi untuk memenuhi kebutuhan transportasi mereka.
Upaya Adaptasi dan Dukungan Pemerintah
Untuk menghadapi persaingan ini, ojek konvensional di sekitar Stasiun KAI Malang Kota Baru perlu melakukan beberapa upaya adaptasi. Peningkatan kualitas layanan, seperti keramahan, kecepatan, dan kenyamanan, menjadi langkah penting agar tetap bersaing. Selain itu, penggunaan aplikasi digital dan inovasi dalam menawarkan layanan tambahan, seperti pengantaran barang, juga diperlukan.
Namun, adaptasi ini tidak bisa berjalan efektif tanpa dukungan dari pemerintah. Kebijakan yang menciptakan iklim persaingan sehat dan adil, seperti pengaturan tarif dan pemberian insentif, sangat diperlukan. "Peran pemerintah sangat penting dalam menyeimbangkan persaingan antara ojek konvensional dan ojek online," kata seorang pengamat transportasi.
Kesimpulan
Persaingan antara ojek konvensional dan transportasi modern di Stasiun KAI Malang Kota Baru merupakan cerminan dari dinamika industri transportasi yang terus berkembang. Keberhasilan pengemudi ojek konvensional dalam beradaptasi dan berinovasi akan menentukan kelangsungan bisnis mereka di masa depan. Dukungan komprehensif dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan semua pihak dapat bertahan dan berkembang di tengah arus perubahan ini.
Oleh: Sry Aprilia Ningsih (220541711392 )
Mahasiswa Universitas Negeri Malang - Kewarganegaraan
Kata Kunci: transportasi modern, ojek konvensional, persaingan, Stasiun KAI Malang Kota Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H