Mohon tunggu...
Ollenk Syamsuddin Radjab
Ollenk Syamsuddin Radjab Mohon Tunggu... social worker -

Seorang ayah, pernah aktif di bantuan hukum dan HAM, pemerhati Politik-Hukum Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Asah Baru Partai Golkar

21 Desember 2017   20:35 Diperbarui: 21 Desember 2017   20:50 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Golkar sejak lahir hingga rentah saat ini terus menyusui ke kekuasaan. Seperti kata Jusuf Kalla dalam penutupan munaslub, Golkar tetap berada dalam pemerintahan baik kalah apalagi menang.

Sebagai partai "manja", saya tidak dapat membayangkan jika suatu waktu Partai Golkar ditolak masuk kabinet oleh Presiden terpilih. Golkar yang beroposisi mungkin bertingkah seolah memerintah, atau seperti partai lainnya, kelamaan beroposisi sehingga masa berkuasa masih seperti sedang beroposisi.

Hanya partai yang berkarakter responsif akan bertahan pada perubahan zaman di era serba digital ini. Yang tak mampu berubah akan digilas oleh zaman. Kepemimpinan partai yang bertumpuh kepada seseorang akan punah dengan sendirinya jika tidak secara dini membangun sistem kepartaian yang responsif, akomodatif dengan kedudukan yang setara dan adil.

Airlangga sebagai ketua umum baru Partai Golkar akan dihadang dengan tantangan berat. Sebagian publik meragukannya karena dikenal sebagai "anak mami", lahir sudah menaiki mobil baby benz sedangkan yang lainnya menaiki baby bus.

Di depan mata terbentang jalan menghadang, beberapa tantangan itu diantaranya penyusunan struktur baru untuk melakukan restrukturisasi dan revitalisasi kepengurusan paling lama satu bulan. Sebagai formatur tunggal, ia akan dipusingkan dengan tekanan pelbagai pihak untuk menduduki jabatan strategis. Baik dari kalangan internal timnya, para jenderal mantan TNI, dan kelompok status quo.

Ibarat pemain bola, seperti yang di perumpamakannya. AH sebagai kaptem kesebelasan mesti jeli melihat potensi pemain yang dikomandoinya. Rekam jejak, integritas, pengalaman, prestasi dan tak tercela -gol bunuh diri- harus menjadi pertimbangan utama dalam rekrutmen pengurus.

Bagi pemain penyerang (forward) yang terbukti berkali-kali gagal menciptakan gol sebaiknya di pindahkan ke posisi lain atau dikandangkan, dan menggantinya dengan pemain baru, mungkin lebih muda, progresif dan agresif. Atau sebagain pemaian sudah waktunya sadar diri dan mundur serta memberi semangat sebagai tim yel-yel atau cheerleaders. Dan yang penting, dalam pilkada, pileg dan pilpres, jangan lagi menjanjikan kepada rakyat pembangunan jembatan yang tak memiliki sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun