Atas pertimbangan tersebut saya memutuskan mendaftar pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kendari (STAIN Kendari) yang saat ini meningkat menjadi Institut Agama Islam Kendari (IAIN Kendari). Dan jurusan pilian saya adalah PGMI (waktu itu masih jenjang Diploma tiga) Â sebagai pilihan pertama dan Kependidikan Islam (KI) sebagai pilihan kedua.Â
Seingat saya, waktu itu lolos seleksi masuk PGMI sesuatu banget. Mungkin karena peluang kerjanya yang prospektif dan seleksi yang ketat serta jumlah pendaftar yang banyak. Saya tidak ingat berapa rasio pendaftar dan yang diterima. Tapi kelihatannya semua pendaftar kelihatan sangat antusias mengikuti test tulisan dan lisan serta wawancara.
Yang agak sedikit menegangkan adalah test lisan dan wawancara. Karena ada test baca tulis Al-Qur'an dan test kemampuan menerjemah al-Qur'an serta hafalan surat-surat pendek. Karena lulusan Madrasah dan pernah mondok tidak mengalami kendala saat ikut test lisan. Selain itu berkas juga didukung beberapa sertifikat keikutsertaan dalam lomba MTQ tingkat Kecamatan sampai Provinsi.Â
Alhamdulillah saat pengumuman kelulusan saya termasuk yang lulus di jurusan PGMI. Walau kemudian kuliah di PGMI Fak Tarbiyah STAIN Kendari tidak saya lanjutkan. Sebabnya saya juga lulus dan diterima di kampus lain di kota Makassar. Yakni di Lembaga Studi Islam dan Bahasa Arab Universitas Muhamamdiyah Makassar.
Alasan lebih memilih kuliah ke Makassar karena sejujurnya sejak awal memang bermimpi kuliah di Makassar, yang bagi dan menurut saya merupakan kota Pelajarnya Sulawesi bahkan Indonesia Timur. Selain alasan beasiswa. LBA dan Dirasat Islamiyah Al-Birr Unismuh Makassar memebrikan beasiswa  full kepada seluruh mahasiswa, bahkan mahasiswa dari luar Makassar mendapatkan fasilitas asrama dan uang makan bulalan.Â
Walau tak sampai lelesai kuliah dari PGMI, perjalanan waktu kemudian mengemabalikan saya ke jalur dan dunia pendidikan. Selepas dari Al-Birr Unismuh Makassar saya melanjutkan kuliah pada Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar. Setamat dari STIBA saya juga menuntaskan kuliah di Fakultas Tarbiyah, yakni pada Institut Agama Islam Al-Aqidah Jakarta pada tahun 2012.Â
Modal Sarjana Pendidikan Islam dari al-Aqidah yang kemudian membuat saya kembali berkiprah dalam dunia pendidikan sebagai guru dan dosen. Saya juga melanjutkan studi ke jenjang berikutnya pada jalur dan jurusan pendidikan. Alhamdulillah hari ini memilih ladang amal dan pengabdian melalui lembaga pendidikan.Â
Ketika pagi ini dapat kabar duka kepergian guru kami La Haino, saya jadi teringat nasehat dan masukan beliau dua dasa warsa lebih lalu. Berkat mengikuti masukan beliau saya tetap berkiprah di dunia pendidikan.Â
Pak Haino meniti karir sebagai abdi negara di lingkup Kementrian  Agama mulai dari menjadi guru sampi menjabat sebagai pengawas madrasah. Amanah terakhir beliau sebagai pengawas Madrsah pada Kementrian Agama Kabupaten Muna. Selain itu semenjak tidak lagi mengajar pada MAN  1 Muna beliau masih terjun langsung sebagai pendidik dengan mengelola lembaga pendidikan swatsa, yakni Pesantren Subulussalam Ghonsume Kabupaten Muna.
Hari ini beliau berpulang. Insya Allah beliau berpulang sedang menyandang status sebagai pendidik, sebagai orang yang menghibahkan hidup dan ilmunya untuk kemajuan ummat dan bangsa. Selain berkiprah di jalur pemerintahan melalui Kemenag, beliau juga berkiprah melalu jalur swatsa.Â
Semoga husnul khatimah. Semoga Allah merahmatimu wahai guru.Â