Tapi dari keempat kompetensi tersebut inti dan kompetensi utamanya adalah bahwa seorang pendidik itu layak untuk diikuti dan dicontohi oleh peserta didik. Ini juga sejalan dengan hakikat guru yang merupakan salah satu sebutan untuk pendidik.
Kata guru merupakan akronim dari ungkapan berbahasa Jawa digugu dan ditiru. Yang artinya orang yang diikuti dan ditiru. Untuk layak ditiru dan diikuti maka seorang guru atau pendidik harus benar-benar kompeten dan memiliki kualifikasi yang mumpuni.
Saking pentingnya kualifikasi dan kompetensi guru, dalam konsep pendidikan Islam ''memilih guru" merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Imam Nawawi misalnya dalam karyanya ''Adab al-'Alim wal Muta'allim; Adab Pengajar dan Pelajar" dan ''At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur'an; Penjelasan tentang Adab Pengemban Al-Qur'an" menulis tentang adab pelajar dan pengajar.
Salah satu etika pelajar adalah memilih guru. Imam Nawawi mengatakan bahwa diantara adab pelajar adalah ''an la yata'allama illa 'inda man takammalat ahliyyatuhu''. Artinya tidak belajar melainkan pada guru yang sempurna kompetensinya. Intinya belajar pada guru yang kompeten. Atau jika dibawa ke konteks memilih lembaga pendidikan sebagai tempat belajar adalah hendaknya menjadikan kompetensi dan kualifikasi dari guru di lembaga tersebut sebagai pertimbangan utama.
Nah, jika pelajar disarankan untuk mencari guru yang kompeten, maka guru atau pendidik seharusnya memantaskan diri sebagai guru yang layak dan kompeten. Demikian pula pengelola dan penyelenggara pendidikan, seharusnya menyiapkan guru dan pendidik yang kompeten.
Jangan sampai pengelola dan penyelangara pendidikan hanya sibuk membenahi infrastruktur fisik, lalu mengabaikan kualitas dan kompetensi guru. Karena proses pendidikan dan pengajaran yang baik hanya dapat dilakukan oleh pendidik dan atau guru yang benar-benar kompeten dan memiliki kualifikasi yang mumpuni. Paling tidak kualifikasi seabagasi sosok yang layak digugu dan ditiru peserta didik dan masyarakat secara umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H