Judul buku              : Jangan Remehkan Kata-Kata; Kutipan Pemikiran Anies Baswedan yang Menggerakan
Penyusun               : Muhammad Husnil, M. Chozin Amirullah
Penyunting             : Abdurrahman Ma'mun, Luqman Hakim Arifin
Ilustartor Isi            : Visia Visual Lab
Perancang Sampul      : Resoluzy
Penata Letak            : Khalezza
Penerbit                : Renebook
"Inna minal bayan[i] lasihra[n]". Demikian bunyi sebuah ungkapan bahasa Arab yang artinya, sesungguhnya diantara penjelasan (kata-kata itu yang benar-benar seperti sihir.
Ungkapan dan pernyataan di atas senafas dengan kalimat yang biasa diungkapkan oleh Anies Rasyid Baswedan. Beliau pernah mengatakan, jangan remehkan kata-kata.
Dan Anies sendiri telah membuktikan hal itu. Tidak sedikit dari kata-kata yang dilontarkannya mampu menggerakkan dan memotivasi.
Bagi saya pribadi salah satu keunikan dari narasi yang dicapkan Mas Anies adalah ruh optimisme dan semangat perbaikan serta kerja keras dan ikhlas yang tersirat dan tersurat dalam kata-kata yang diucapkannya.
Kefasihan mantan Gubernur DKI Jakarta ini dalam berkat-kata memang diakui. Walau kadang dianggap kontroversi. Bahkan ada yang menyematkan stigma, Anies hanya bisa menata kata tak bisa menata kota.Â
 Terlepas dari kontroversi dan stigma negatif tersebut, kata-kata yang terucap dari mantan rektor Universitas Paramadina itu selalu menarik. Bukan hanya karena keindahan susunan kata-katanya tapi juga karena kekuatan makna yang memotivasi dan menginsipirasi.
Karena itu kemudian terlontar ungkapan ''jangan remehkan kata-kata". Karena dari kata-kata muncul inspirasi dan motivasi. Lalu dilanjutkan dengan aksi.
Buku berjudul ''Jangan Remehkan Kata-Kata; Kutipan Pemikiran Anies Baswedan yang Menggerakan" merupakan kumpulan dari kutipan kata-kata Anies yang disusun oleh M. Chozin Amirullah dan  Muhammad Husnil.
Walau tergolong tipis tapi cukup mewakili beberapa pemikiran Anies tentang berbagai hal. Mulai dari pendidikan, sosial, politik, spritualitas dan sebagainya.
Berikut beberapa contoh kutipan sarat makna yang patut direnungkan dan dijadikan prinsip serta nilai hidup, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
''Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan".
Kalimat ini mungkin bukan Anise yang pertama mengucapkannya. Tapi seringnya Anies mengucapkan ini menunjukan bahwa ini merupakan salah satu value yang beliau anut dan atau hendak beliau tularkan kepada seluruh elemen anak bangsa.
Mengutuk kegelapan takkan pernah memunculkan cahaya terang. Tapi menyalakan lilin dapat mengatasi problem kegelapan. Ini prinsip penting. Bahwa dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak cukup sekedar meratapi masalah. Karena masalah akan selalu ada. Tapi yang terpenting adalah menghadirkan solusi.
Semua anak bangsa hendaknya membawa spirit ''menyalakan lilin", yakni menjadi bagian dari solusi. Bukan sebaliknya menjadi bagian dari masalah yang hanya sibuk mengutuk kegelapan.
Kutipan yang juga menyiratkan semangat dan optimisme adalah, "Syukuri perkembangan perbaiki kekurangan"; "Pemimpin tak boleh kirim ratapan; pemimpin harus kirim harapan"; ''Masih banyak orang baik yang bisa dititipkan untuk mengelola Republik ini. Ibu-ibu kita masih akan terus melahirkan para pejuang".
Semoga pak Anies termasuk salah satu orang baik tersebut.
Memang kata-kata bukan segalanya. Bukan juga ukuran satu-satunya untuk menilai kapasitas dan otoritas seseorang. Tapi ibarat kata, "Teko hanya mengeluarkan isi teko". Kata-kata mencerminkan isi hati dan isi kepala. Jika kata-kata yang keluar kebaikan dan semangat perbaikan serta optimisme maka itu insya Allah mencerminkan orang itu adalah orang baik, peduli pada perbaikan, dan punya semangat optimisme memperbaiki.
Tulisan ini saya akhiri dengan kutipan terakhir dalam buku ini;
"Hanya pada hati yang jernih dan bening nur itu memantul dengan amat terang. Dari hati yang bersenyawa dengan ikhlas bisa terpancar cerita hidup yang penuh dengan keaapaadaannya. Dari hati yang dibuka-Nya, hidayah itu masuk dan menjadi petunjuk dalam tuntunan di jalan lurus".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H