Mohon tunggu...
Syamsuddin
Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

3 Rekomendasi Film Religi Adaptasi Novel untuk Remaja

5 April 2023   23:51 Diperbarui: 6 April 2023   00:00 1888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara pribadi sebagai praktisi dakwah dan pendidik penulis menganggap kehadiran film religi patut diapresiasi. Terlepas dari pro kontra tinjaun hukum dari sisi fikih. Walau tidak seluruh isi dan alur cerita dalam film religi layak jadi tuntunan, tapi sebagai  fungsi tontonan dan hiburan yang edukatif tidak bisa dinafikan. 

Tulisan ini tentu tidak akan larut pada soal layak-tidaknya film religi (yang konon sebagiannya tidak religius) sebagai tuntunan. Namanya juga tontonan dan hiburan, tetap saja yang menonjol adalah aspek entertaint-nya.

Pada awal kemunculannya film religi umumnya diadaptasi dari novel, seperti Ketika Mas Gagah Pergi, Ayat-Ayat Cinta (AAC), Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Hafalan Sholat Dellisa, 99 Cahaya di Langit Eropa, Negeri Lima Menara, Jilbab Traveller, Assalamu Alaikum Beijing, Surga yang Tak Dirundukan, dan sebagainya.

Dari berbagai judul film relilgi yang diadaptasi dari novel ini penulis merekomendasikan 3  film yang patut ditonton oleh anak remaja.

Diantara Film religi  yang menurut penulis patut ditonton anak-anak muda adalah ''Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk". Novel yang  bergenre roman ini diadaptasi dari novel  dengan judul yang sama karya  Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka). Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk sendiri termasuk novel ''jadul", namun baru diangkat ke film layar lebar tahun 2013. Rilis  pertama kali pada 19 Desember 2013.

 Film besutan sutradara Sunil Soraya ini dibintangi oleh para pemeran utama Pevita Pearce sebagai "Rangkayo" Hayati, Herjunot Ali sebagai Zainuddin, dan Reza Rahadian sebagai Aziz.

Walau bergenre roman, namun film berdurasi 120 menit sarat dengan nilai-nilai religius. Subtstansi cerita dan pesan moral yang tersirat dalam setiap adegan dan penggalan dialognya sangat berkarakter dan religus. Padahal novel yang menjadi asal skenario film itu ditulis pada masa dimana istilah novel islami dan film regiligi belum dikenal sama sekali. Tapi di sinilah kepaiawaian seorang Buya Hamka, penulis asli dari skenario film ini.

Lalu mengapa penulis merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh anak-anak muda zaman now?

Pertama, Film ini sarat dengan nilai-nilai karakter islami. Walau  tak sama persis dengan jalan cerita dan karakter dalam novel asli, sebagaimana lazim terjadi dalam film adapatasi dari novel. Tapi layak jadi alternatif sumber dan media penanama karaker melalui tontonan yang mendidik dan menghibur sekaligus.

Kedua, Walau bergenre roman, film ini tetap mengajarkan bagaimana seharusnya batasan dan etika pergaulan muda-mudi non mahram dijaga.

Meski  bergenre roman tetap berkarakter dan tidak lebay. Dari film ini remaja kita bisa belajar mengelola perasaan dan mengkomunikasin rasa ketertarikan kepada lawan jenis secara sopan dan etis.

Kedtiga, Karakter tokoh Zainuddin dalam film dan novel ini patut jadi role model bagi anak muda dan remaja zaman now. Walau tidak harus sama persis, tapi pada titik dan situasi tertentu sikap mental seperti Zainuddin perlu dimiliki oleh para pemuda zaman ini, agar tidak cengeng, mudah patah arang.

  • Ketika Mas Gagah Pergi

Film  berikutnya yang layak ditontong para remaja adalah Ketika Mas Gagah Pergi. Sebuah  film yang  diadaptasi dari Novel yang merupakan kumpulan cerita pendek (Cerepannya) karya bunda Helvi Tiana Rosa. Buku kumpulan cerpennya awalnya cerpen bersambung alias cerbung di Majalah Ummi/Annida yang juga digawangi Bunda Helvi. Novelnya sangat fenomenal dan best seller sampai mengalami cetak ulang berkali-kali.

Film KMGP cukup fenomenal seperti versi novelnya, karena adaptasi novel KMGP ke film layar lebar diinisiasi dan diproduseri langsung oleh penulisnya. Bunda Helvi Tiana Rosa yang merupakan salah satu pelopor sastra islami atau sastra dakwah di tanah air. Bunda Helvi memproduseri langsung karena ingin mempertahankan idealisme dan ingin mewujudkan sosok mas Gagah sesuai karakter dalam versi novelnya.

Film disutradarai  Firman Syah dan dibintangi Hamas Syahid, Aquino Umar, Masaji Wijayanto, Izzah Ajrina, Wulan Guritno, Irfan Hakim,Shireen Sungkar, Joshua Suherman, Irfan Hakim, Virzha Idol, Fendy Chow dll ini patut ditonton oleh anak-anak muda, karena beberpa alasan, diantaranya;

Pertama, Film ini bertema hijrah yang beberapa tahun terakhir marak di kalangan anak-anak muda perkotaan. Tokoh Yudi dan Mas Gagah bisa jadi satu role model  bagi anak-anak muda milleniall. Bersekolah di sekolah umum, tidak nyanti tapi tetap religius dan saleh. Bahkan aktiv dalam kegiatan dakwah dan sosial.

Kedua, Film ini "mengajarkan" bahwa tidak nyantri, bukan halangan untuk menjadi  remaja yang religius dan saleh.

  • Negeri Lima Menara

Negeri 5 Menara merupakan film religi yang diadaptasi dari novel karya Ahmad Fuadi dengan judul yang sama. Tayang perdana pada 1 Maret 2012 di bawah  arahan sutradara Affandi Abdul Rachman serta penulis naskah Salman Aristo, Rino Sarjono, dan A. Fuadi. Sedangkan para pemeran yang membintangi film ini antara lain David Chalik, Ikang Fawzi, Andika Pratama, Donny Alamsyah, Hardi Hartono,  dan Lulu Tobing.

Film ini berkisah tentang perjuangan Alif dan lima sahabatnya yang merupakan tokoh utama dalam film ini. Mereka  merupakan pemuda yang berjuang tanpa menyerah mengejar mimpi dan meraih cita-cita. Alif dkk memulai tekad meraih mimpi dari Pondok Pesantren Madani di Ponorogo Jawa Timur. Setiap sore mereka berkumpul di bawah menara masjid Pesantren. Dari sini mereka saling memotivasi mengejar mimpi dan cita-cita ke berbagai penjuru dunia.

Film ini patut ditonton oleh anak remaja, khususnya pelajar dan santri. Dari sini anak-anak kita dapat belajar, bagaimana seharusnya seorang remaja/pelajar berjuang meraih mimpi, mewujdkan cita-cita. Bermula dari kerja keras dan kesungguhan, seperti mantara enam sekawan yang menggelari diri mereka sebagai sahibul menara. "Man jadda wajada". Sipa yang sungguh-sungguh dia akan dapat keberhasilan. Quote ini juga menjadi kata-kata motivasi paling sakti di Pesantren.

Tapi

Tapi untuk dapat menjiwai dan memetik insigt dari film ini dan film serupa yang diadaptasi dari novel sebaiknya setelah menonton film nya dilanjutkan dengan membaca novelnya. Menurut Pfof Eko Indrajit, membaca buku/ novel yang telah diadptasi ke dalam film biasanya lebih mengena. Penyerapan terhadap nilai (value) dari karakter baik dalam film itu lebih mudah masuk. Selain itu membaca  karya sastra dapat melembutkan hati. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun