Mohon tunggu...
BAYO KOTANOPAN
BAYO KOTANOPAN Mohon Tunggu... -

Saya seorang wiraswasta yang senang baca dan kadang menyempatkan diri menulis sebagai ungkapkan perasaan dan pengamatan saya atas berbagai hal, meksi mungkin tulisannya belum tentu bagus. Insya Allah bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Agung dan Priyo "Di ambang Pengangguran"

28 November 2014   15:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tak kenal Priyo Budi Santosa maupun Agung Laksono. Apalagi Aburizal Bakrie. Hanya saja ada yang mengusik perasaan saya melihat perseteruan yang kini meningkat di Partai Golkar.  Kalau kita melihat realitas saat ini, sungguh sikap dan tindakan Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso sangat jauh dari idealisme untuk membesarkan Partai Golkar, agar kembali berjaya menjadi Partai Pemenang Pemilu tahun 2019.

Semua kita paham, bahwa keberadaan seseorang dalam kancah perpolitikan nasional adalah manakala orang tersebut mempunyai masa pengikut dan konstituen yang memilihnya. Seseorang yang tidak ada pemilihnya akan tenggelam dengan sendirinya dan luput dari perhatian media massa. Eksis di dunia  media adalah  sesuatu yang sangat didambakan seorang politisi.

Seorang politisi akan tetap berjuang, apapun caranya untuk tetap eksis didunia media, karena sesungguhnya inilah mereka cari dan harapkan. Keberadaan mereka dalam perbincangan, baik media cetak ataupun media Televisi merupakan harga mati yang yang harus dikedepankan dan diperjuangkan , apapun caranya. Oleh karena itu kita tidak kaget manakala Agung Laksono dan Priyobudi Santoso "ngotot' membentuk Presidium Penyelamat Partai  Golkar tanggal 26 Juli lalu, karena ini adalah sarana dimana mereka akan tetap menjadi fokus perhatian media.

Kita memahami, ketika Agung Laksono hampir-hampir terlempar dari percaturan politik tahun 2009, saat Agung Laksono tak mendapat suara yang cukup untuk menjadi anggota DPR, karena kalah bersaing dengan calon lain dari Dapil Jakarta II, Agung Laksono diselamatkan oleh Partai Golkar, dengan menduduk kannya sebagai Menteri dalam Kabinet SBY ke-2. Dengan sumringah Agung Laksono kembali kepentas nasional, meski tak terpilih jadi anggota DPR saat Pemilu Legislatif.

Demikian juga kini yang dihadapi oleh Priyo Budi Santoso. Meski dengan jabatan "menterng" sebagai salah satu Ketua DPP Golkar plus Wakil Ketua DPR, ternyata dalam pemilu yang baru lalu, juga dikesampingkan oleh masyarakat Jawa Tengah, dan tidak dipilih menjadi anggota DPR 2014-2019. Buat Priyo ini boleh jadi  sangat memalukan. Betapa tidak dengan nama besar dan digadang-gadang sebagai tokoh muda Partai Golkar, Pemimpin potensial masa depan, ternyata dimasyarakat daerah pemilihannya, dipandang sebelah mata dan tank dianggap.

Hal ini sangat memalukan buat seorang Priyo. Ini juga akan membuat Priyo terlempar dari pembicaraan tingat  elit nasional. Tentu saja Priyo tak mau menerima kenyataan ini, dan oleh karena itu dia harus mencari jalan apapun caranya untuk tetap eksis. Menjadi pengurus Partai Golkar, apalagi menjadi Ketua Umum tentu menjadi tempat yang ideal buat Priyo tetap dalam pusaran perpolitikan nasional.

Munas Partai Golkar, bisa menjadi pintu masuk buat Priyo dan Agung Laksono. Itulah sebabnya, meski Agung telah diberi "karpet merah"  menjadi menteri disaat gagal terpilih jadi anggota DPR tahun 2009, kini Agung berbalik arah. Agung tidak lagi "berterima kasih"  kepada DPP Golkar, utama-nya Aburizal Bakri atas pengangkatannya sebagai Menteri, tapi berbalik menjadi lawan.

Kesempatan ini tetntu tak dilewatkan juga oleh Priyo yang kini "jadi pengangguran" karenat tak lagi dipilih oleh rakyat dalam pemilu lalu. Serta-merta Priyo dan Agung Laksono membuat barisan pembangkangan, dengan tujuan utama tidak mau terpental dari pusaran perpolitikan nasional ketika rakyat tak lagi memilihnya.

Inilah cermin dari para politikus kita. Semua hanya mendahulukan kepentingan pribadi,  manakala kepentingan pribadi tak terakomodasi, maka apapun akan  dilaksanakan, termasuk mengorbankan dan mengahncurkan lembaga/institusi yang selama ini membesarkannya. Ini juga yang sekarang kita saksikan di Partai Golkar.

Akan tetapi media, pastilah terbelah juga oleh berbagai kepentingan. Kita lihat saja, akan kah solidaritas dan nama besar Partai Golkar akan bisa di"hancurkan" dalam beberapa hari kedepan  ? Waktu yang akan menjawabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun