Mohon tunggu...
Syamsu N. Riza
Syamsu N. Riza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Biologi

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Notoliparis kermadecensis: Si Ikan Laut Dalam dari Kermadec

26 Desember 2021   23:26 Diperbarui: 31 Desember 2021   09:42 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikan Notoliparis kermadecensis. Sumber: Yancey dkk. 2014 

Laut dalam, beberapa orang sangat penasaran tentang dunia yang masih menyimpan banyak misteri belum terungkap tersebut. Laut dalam dikenal dengan sebutan zona hadal/hadopelagik yang memiliki kedalaman 6000—11000 m. Hewan-hewan yang hidup di dalamnya memiliki bentuk adaptasi khusus untuk dapat bertahan hidup di lingkungan yang bertekanan tinggi serta nihil cahaya.

Salah satu penghuni laut dalam yang berasal dari palung Kermadec (Selandia Baru) adalah ikan Notoliparis kermadecensis. Mendengar nama latinnya membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya ini ikan apa sih? Bagaimana ya ciri-ciri serta keunikannya? Nah pada tulisan ini kita akan coba mengenal lebih jauh tentang si ikan N. kermadecensis ini.

Ikan N. kermadecensis masih belum punya sebutan nama yang familiar baik di daerah asalnya maupun di daerah kita Indonesia. Ikan ini berasal dari keluarga ikan siput Liparidae yang ditemukan di palung Kermadec (bagian utara Selandia Baru) pada kedalaman 6800—7500 m. Tubuh ikan berukuran panjang 25—33,3 cm serta memiliki mata namun tidak berfungsi karena pigmen retinanya mengalami bleaching. Beberapa sumber menyebutkan bahwa struktur mata ikan ini sedang dalam proses degenerasi secara garis evolusinya melihat pada kondisi tempat tinggalnya yang gelap gulita sehingga indra penglihatan tidak akan cukup berguna. N. kermadecensis memiliki karakter kunci yaitu double anal-fin rays pada bagian belakang-bawah badan ikan yang membedakannya dari spesies-spesies ikan siput lain.

 

Meskipun hidup pada zona dengan tekanan yang tinggi, ikan N. kermadecensis ini tetap bisa hidup mencari makan dan berenang dengan normal seperti ikan-ikan di laut dangkal, lho. Penelitian oleh Jamieson dkk. (2009) menyebutkan bahwa ikan N. kermadecensis memiliki ritme gerak ekor layaknya ikan-ikan di lapisan laut lebih tinggi dengan kecepatan berenang hingga 17,2 cm/detik ketika hendak mengejar mangsanya. N. kermadecensis mengejar mangsanya dengan mengandalkan pori-pori sensorik pada bagian mulut dan sekitar insang yang dapat mendeteksi perubahan aliran air akibat gerak kabur mangsa, sehingga ikan dapat mengejar mangsanya tersebut. Bicara soal ikan-ikan di laut dalam secara umum, mereka memiliki beberapa bentuk adaptasi yang unik dalam mengatasi lingkungan bertekanan sangat besar, seperti: memiliki tulang rawan di seluruh tubuh sebagai pengganti tulang sejati yang keras; mempunyai tulang tengkorak yang bercelah untuk menyeimbangkan tekanan di dalam dan luar tubuh ikan; serta memproduksi senyawa bernama trimetilamina N-oksida (TMAO) untuk menstabilkan protein dalam tubuh ikan agar tidak rusak akibat tekanan tinggi.

Nah, ada hal yang menarik tentang ikan N. kermadecensis ini guys, yaitu dia merupakan predator puncak pada rantai makanan di palung Kermadec. Jenis-jenis makanan yang dipilih oleh ikan ini antara lain udang-udangan amphipod, ulat bulu laut polychaeta, serta sisa-sisa bagian tubuh cumi-cumi dan ikan.

Ikan N. kermadecensis dalam kelompok sedang memakan umpan ikan di dasar laut. Sumber: HADEEP
Ikan N. kermadecensis dalam kelompok sedang memakan umpan ikan di dasar laut. Sumber: HADEEP

Sampai saat ini, informasi mengenai ikan N. kermadecensis masih sangat terbatas dan masih perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Terlepas dari itu, kita kini telah mengetahui tentang sosok dan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh ikan penghuni laut dalam ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan terkait salah satu spesies ‘misterius’ yang hidup di dalam kegelapan dasar laut dalam. Demikian, terima kasih telah membaca dan sampai jumpa lagi~!

Daftar Acuan:

Gerringer, M.E., B.N. Popp, T.D. Linley, A.J. Jamieson & J.C. Drazen. 2017. Comparative feeding ecology of abyssal and hadal fishes through stomach content and amino acid isotope analysis. Deep—Sea Research I 121: 110—120.

Jamieson, A.J., T. Fujii, M. Solan, A.K. Matsumoto, P.M. Bagley & I.G. Priede. 2009. Liparid and macrourid fishes of the hadal zone: in situ observations of activity and feeding behaviour. Proceedings of the Royal Society B 276: 1037—1045.

Jamieson, A.J., T. Malkocs, S.B. Piertney, T. Fujii & Z. Zhang. 2017. Bioaccumulation of persistent organic pollutants in the deepest ocean fauna. Nature Ecology & Evolution 1(51): 1—4.

Main, D. 2019. How the world's deepest fish survives bone-crushing pressure. 1 hlm. https://www.nationalgeographic.com/animals/article/how-deep-sea-snailfish-survive-mariana-trench: 26 Desember 2021, pk. 17.59 WIB.

Stein, D.L. 2016. Description of a New Hadal Notoliparis from the Kermadec Trench, New Zealand, and Redescription of Notoliparis kermadecensis (Nielsen) (Liparidae, Scorpaeniformes). Copeia 104(4): 907—920.

Sumber Gambar:

Yancey, P.H., M. Gerringer, J.C. Drazen & A.A. Rowden. 2014. Marine fish may be biochemically constrained from inhabiting the deepest ocean depths. Proceedings of the National Academy of Sciences 111(12): 4461-4465.

HADEEP. Tanpa tahun. gallery.jpg. 1 hlm. https://niwa.co.nz/file/21944: 31 Desember 2021, pk. 09.42 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun