Mohon tunggu...
M Syamsiro
M Syamsiro Mohon Tunggu... Dosen - Pemungut Sampah, Pemanen Energi

Warga negara Indonesia asal Majenang, Cilacap, menyelesaikan pendidikan di Teknik Mesin UGM & Jepang. Berusaha untuk mendiseminasikan teknologi melalui tulisan populer dengan berprinsip pada "Teknologi untuk Rakyat". Saat ini juga menjadi dosen di Universitas Janabadra Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harapan Baru Penyelesaian Masalah Sampah Kota

1 Agustus 2021   23:50 Diperbarui: 1 Agustus 2021   23:56 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RESENSI BUKU

Judul Buku                     : Solusi Pengelolaan Sampah Kota

Penulis                            : Dr. Chandra Wahyu Purnomo

Penerbit                          : Gadjah Mada University Press

Tahun                             : Cetakan pertama / Desember 2020

Kategori                          : Sains

Jumlah halaman         : 160 + XIV

ISBN                                 : 978-602-386-925-1

Kita tidak akan pernah lelah dan berhenti dalam membicarakan permasalahan sampah kota yang memang berada sangat dekat dengan lingkungan kita dan berupaya mencarikan solusi penanganannya guna menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman. Hingga saat ini, sampah kota masih menjadi momok yang harus dihadapi seluruh kota besar di Indonesia. 

Berbagai bencana sampah telah terjadi di negara kita, mulai dari ledakan sampah di Bandung lebih dari lima belas tahun yang lalu, penutupan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di berbagai kota, hingga penggunaan sampah plastik impor untuk pembakaran pada pabrik tahu di Jawa Timur yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Namun hingga kini persoalan sampah ini belum juga selesai dan mendapatkan solusi terbaiknya. Kehadiran buku ini seakan menjadi angin segar akan masa depan pengelolaan sampah yang lebih baik.

Buku yang ditulis oleh Dr. Chandra Wahyu Purnomo yang juga adalah Dosen di Fakultas Teknik UGM ini, menawarkan solusi penanganan sampah kota yang lebih komprehensif mulai dari penanganan di sisi hulu, tengah hingga hilir. 

Penanganan sampah kota tidak bisa lagi hanya dilakukan secara parsial, tetapi harus menyeluruh dari sumber sampahnya, yaitu di rumah tangga hingga di pembuangan akhir yang ada di TPA. 

Di sisi hulu diupayakan penerapan 3R (reduce, reuse, recycle) sehingga dapat mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan. Pada bagian ini juga bisa dilakukan proses pengomposan, budidaya lalat hitam (BSF-black soldier fly). 

Dari sisi pemerintah bisa menyediakan tempat pembuangan sementara (TPS) sebelum diproses lebih lanjut. Pada sisi tengah, beberapa proses bisa dilakukan seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), pembuatan unit RDF (refused derived fuel) dan unit biogas, maupun pembangunan pabrik kompos skala besar. Penanganan sampah di TPA merupakan upaya di sisi hilir yang harapannya hanya tinggal 20 persen sampah yang sampai di sini.

Penulis juga berupaya untuk melakukan studi banding dengan mengamati beberapa praktik baik pemilahan sampah di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Jerman. 

Rekomendasi yang penulis sarankan untuk negara kita adalah pemilahan secara sederhana yaitu memisahkan fraksi organik dan non organik. Untuk mensukseskan program tersebut, perlu dibentuk satuan tugas (satgas) yang melakukan sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan pemilahan tersebut.

Beberapa teknologi yang ditawarkan di dalam buku ini sangat bagus dan menarik untuk dikaji, bahkan sebagian besar sudah terbukti beroperasi di beberapa negara maju. 

Salah satu yang menarik adalah teknologi RDF yang baru saja selesai dibangun di Cilacap, Jawa Tengah yang hasilnya dimanfaatkan oleh pabrik semen sebagai bahan bakar sekaligus memanfaatkan abunya untuk campuran semen. Sehingga teknologi ini bisa diadopsi di kota-kota lainnya, termasuk teknologi PLTSa yang sedang dibangun di beberapa kota di Indonesia.

Namun demikian, ada hal yang dilupakan oleh penulis, yaitu bahwa permasalahan penerapan teknologi pengolahan sampah di Indonesia tidak hanya persoalan teknologi dan manajemen pengelolaan semata, tetapi juga beberapa masalah krusial lainnya, salah satunya adalah faktor keekonomian teknologi tersebut. 

Hampir semua teknologi tersebut mensyaratkan adanya biaya pengolahan sampah (tipping fee) yang harus dibayarkan oleh pemerintah daerah (Pemda) yang nilainya mencapai ratusan ribu rupiah per ton sampah. 

Di sinilah mungkin yang menjadi penyebab mengapa teknologi yang sudah diterapkan di manca negara puluhan tahun, tapi belum juga diterapkan di negara kita. 

Sudah banyak investor yang berminat untuk mengelola sampah, tetapi Pemda menginginkan biaya nol rupiah dalam pengelolaannya bahkan kalau memungkinkan mendapatkan keuntungan dari pengelolaan tersebut, sehingga para investor pun mundur teratur.

Oleh karena itu, kajian keekonomian teknologi pengolahan sampah ini menjadi sangat penting, pertama untuk meyakinkan Pemda bahwa mengelola sampah juga membutuhkan biaya. Tujuan utama pengelolaan sampah kota ini harus diluruskan kembali sebagai upaya pemusnahan dan pengurangan timbulan sampah. 

Bahwa kemudian ada produk turunan yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah kota ini seperti listrik, energi, kompos dan lain-lain hanyalah merupakan nilai tambah yang bisa mengurangi biaya operasional perusahaan. 

Toh juga selama ini Pemda mengelola sampahnya dengan mengangkutnya dari rumah-rumah menuju TPA juga membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Sehingga Pemda tinggal menggeser saja anggaran yang selama ini digunakan untuk pengelolaan sampah untuk menutupi sebagian kebutuhan tipping fee.

Yang kedua dari sisi investor, ini merupakan suatu tantangan bagaimana mendesain teknologi yang lebih murah dan efisien sehingga bisa menekan biaya operasional yang pada akhirnya bisa menekan tipping fee. 

Dari sinilah nantinya akan diperoleh titik temu yang menguntungkan semua pihak, baik Pemda, investor maupun masyarakat. Bagaimanapun Indonesia masih negara berkembang yang kemampuan ekonominya berbeda dengan negara maju, sehingga kemampuan membayar biaya pengelolaan sampah lebih rendah sehingga perlu ada inovasi teknologi dan manajemen pengelolaan sampah kota yang adaptif untuk negara berkembang dan betul-betul dapat diterapkan dengan baik dan berkelanjutan.

Dr. Mochamad Syamsiro, Dosen Fakutas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun