Oleh karena itu, kajian keekonomian teknologi pengolahan sampah ini menjadi sangat penting, pertama untuk meyakinkan Pemda bahwa mengelola sampah juga membutuhkan biaya. Tujuan utama pengelolaan sampah kota ini harus diluruskan kembali sebagai upaya pemusnahan dan pengurangan timbulan sampah.Â
Bahwa kemudian ada produk turunan yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah kota ini seperti listrik, energi, kompos dan lain-lain hanyalah merupakan nilai tambah yang bisa mengurangi biaya operasional perusahaan.Â
Toh juga selama ini Pemda mengelola sampahnya dengan mengangkutnya dari rumah-rumah menuju TPA juga membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Sehingga Pemda tinggal menggeser saja anggaran yang selama ini digunakan untuk pengelolaan sampah untuk menutupi sebagian kebutuhan tipping fee.
Yang kedua dari sisi investor, ini merupakan suatu tantangan bagaimana mendesain teknologi yang lebih murah dan efisien sehingga bisa menekan biaya operasional yang pada akhirnya bisa menekan tipping fee.Â
Dari sinilah nantinya akan diperoleh titik temu yang menguntungkan semua pihak, baik Pemda, investor maupun masyarakat. Bagaimanapun Indonesia masih negara berkembang yang kemampuan ekonominya berbeda dengan negara maju, sehingga kemampuan membayar biaya pengelolaan sampah lebih rendah sehingga perlu ada inovasi teknologi dan manajemen pengelolaan sampah kota yang adaptif untuk negara berkembang dan betul-betul dapat diterapkan dengan baik dan berkelanjutan.
Dr. Mochamad Syamsiro, Dosen Fakutas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H