Mohon tunggu...
M Syamsiro
M Syamsiro Mohon Tunggu... Dosen - Pemungut Sampah, Pemanen Energi

Warga negara Indonesia asal Majenang, Cilacap, menyelesaikan pendidikan di Teknik Mesin UGM & Jepang. Berusaha untuk mendiseminasikan teknologi melalui tulisan populer dengan berprinsip pada "Teknologi untuk Rakyat". Saat ini juga menjadi dosen di Universitas Janabadra Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puasa, Lebaran dan Persoalan Sampah

17 Juni 2019   06:45 Diperbarui: 23 Juni 2019   21:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja kita melewati bulan suci yang penuh berkah dan ampunan, yaitu Bulan Ramadhan, yang merupakan bulan suci bagi umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia. Sampai akhirnya kita memasuki hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, yaitu Hari Raya Idul Fitri dimana sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan ritual mudik ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara dan bersilaturahmi dengan tetangga dan sahabat dekat semasa kecil.

Namun di sisi lain yang seringkali luput dari perhatian banyak orang selain persoalan ibadah ritual adalah permasalahan sampah. Pada bulan puasa malah terjadi kenaikan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Padahal ketika menjalani puasa, seharusnya konsumsi makanan berkurang yang tentunya berimbas pada menurunnya jumlah sampah yang dihasilkan. 

Tetapi fenomena sebaliknya malah terjadi di masyarakat, dimana konsumsi masyarakat meningkat dan sampah yang dihasilkan juga meningkat cukup signifikan. Apalagi fenomena acara buka bersama yang sebagian besar masyarakat masih menggunakan kardus makanan dan gelas plastik sekali pakai sehingga secara otomatis meningkatkan jumlah sampah yang harus dibuang oleh masyarakat.

Setelah bulan puasa berakhir dan memasuki Hari Lebaran, fenomena sampah masih menjadi momok bagi kota-kota di daerah. Arus mudik jutaan orang dari kota-kota besar ke daerah tentunya akan juga membawa persoalan sampah sampai ke daerah. 

Sebagai gambaran saja, sampah Jakarta yang mencapai enam ribuan ton per hari, selama masa Lebaran akan terdistribusi ke kota-kota kecil di daerah sesuai dengan tujuan pemudik. 

Jadi bisa dibayangkan bagaimana sampah yang begitu banyak dihasilkan di kota-kota besar, akan dialihkan ke daerah yang belum tentu siap secara infrastruktur, termasuk di kota Jogja dan daerah sekitarnya. 

Apalagi ada persoalan beberapa waktu lalu terkait tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Piyungan dimana warga tidak bisa membuang sampahnya di lokasi tersebut. Kalau hal tersebut tidak diantisipasi secara dini, tentunya akan memunculkan permasalahan di masa yang akan datang.

Penanganan Sampah

Ada dua poin penting persoalan sampah selama masa bulan puasa dan libur lebaran. Yang pertama adalah sampah yang dihasilkan selama bulan puasa. Ke depan perlu dibuat regulasi dari pemerintah daerah khususnya sampah yang dihasilkan terkait acara buka bersama dengan minimalisasi sampah, seperti mengurangi penggunaan kardus makanan, gelas plastik sekali pakai, dan lain-lain yang berpotensi meningkatkan timbulan sampah. 

Masyarakat juga harus diarahkan melalui pendekatan agama bahwasannya kebersihan adalah sebagian dari iman dan tentunya mengurangi sampah adalah bagian dari upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan masyarakat.

Yang kedua adalah sampah yang dihasilkan selama libur lebaran dimana banyaknya pemudik yang pulang kampung akan semakin meningkatkan potensi timbulan sampah. Penulis mengusulkan ada skema subsidi antar pemerintah daerah (Pemda), dimana Pemda kota-kota besar seperti DKI Jakarta memberikan subsidi kepada daerah-daerah yang menjadi tujuan mudik untuk pengelolaan sampah di daerah. 

Untuk mewujudkan skema ini perlu ada campur tangan pemerintah pusat yang membawahi semua Pemda di seluruh Indonesia. Sehingga akan terjadi sinergi antara kota-kota besar dan kota-kota di daerah dalam hal penanganan sampah selama mudik lebaran.

Penggunaan Teknologi

Salah satu permasalahan sampah di Indonesia termasuk kota Jogja adalah tidak diterapkannya teknologi yang bisa menjadi solusi penanganan sampah saat ini. Padahal banyak teknologi yang bisa diterapkan untuk memusnahkan sampah sampai pada tingkat yang sangat minimal, seperti mengubahnya menjadi sumber energi/listrik. 

Prinsipnya adalah menggunakan teknologi termal pada suhu tinggi. Dengan teknologi ini, sampah tereduksi hingga sembilan puluh persen dan hanya tersisa abu yang jumlahnya tinggal sepuluh persen.

Teknologi lain yang bisa diterapkan adalah dengan perlakuan hidrotermal untuk menghasilkan bahan bakar padat berupa RDF (refused derived fuel) menggunakan suhu dan tekanan tinggi. 

Sampah plastik yang saat ini terus meningkat dapat dijadikan bahan bakar setara bensin dan solar dengan teknologi pirolisis. Dengan penerapan teknologi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah, sehingga ibadah ritual bulan puasa dan lebaran menjadi semakin sempurna dengan teratasinya permasalahan sampah.

Dr. Eng. Mochamad Syamsiro, Direktur Center for Waste Management & Bioenergy dan Wakil Rektor I Universitas Janabadra, Yogyakarta.

(Sumber : Kedaulatan Rakyat, 17 Juni 2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun