Mohon tunggu...
Sinar Saja
Sinar Saja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sinar namaku. Lagi belajar menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Lapangan

25 November 2010   22:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_74687" align="alignleft" width="216" caption="Matahari"][/caption] [caption id="attachment_74688" align="alignright" width="216" caption="Sang Merah Putih"]

12907248141160212063
12907248141160212063
[/caption]

Pagi ini jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Matahari mulai tersenyum bersinar.Lapangan luas berumputhijau di tengah kota Soroako pun tak luput dari pancaran sinarlembutnya. Lapangan yang biasanya digunakan untuk berolah raga, kini disulap menjadi tempat upacara.

Ya, di lapangan serba guna itulah kami akan mengikuti jalannya upacara peringatan Hari Guru .

*****

Matahari sedikit mulai meninggi, tersenyum lebih lebar, sinarnya lebih menghangat.

Acara masih belum dimulai, meski sudah disesaki para guru dari seluruh daerah di kabupaten Luwu Timur, jugaanak-anak sekolah yang turut serta mengikuti upacaratersebut.

Berapa peserta upacara mulai gerah dan resah,berkomentar beragam keluhan.

“Duh, siapa lagi sih yang dinantikan?”

“Kenapa belum dimulai saja upacara ini? “

“Duh, kita kepanasan neh!”

“Oh, nunggu bupatinya datang!”

“Wah, bentar lagi kita jadi manusia kering neh, gantian ama ikan!” Guyon beberapa orang.

“Waduh, kulit hitamku semakin hitam, gak papa deh.. yang penting manissss,”seru yang lainnya, yang disambut pula deraian tawapara guru lainnya.

“Hai kawan, tenanglah! Bersabarlah !” Ada juga yang bijak memberi semangat.

Begitulah canda guru sembarimenunggu. Kesabaran itu berbuah hasil. Terbukti selang beberapa menit kemudian, upacaradimulai.

Matahari sudah lebih meninggi, kini ia tertawa senang, sinarnya pun semakin garang.

*****

Petugas pengibar bendera bersiap-siap menggerek SangMerah Putih, diiringi alunan lagu Indonesia Raya, oleh kelompok paduan suara anak-anak SMP Singkole.

Telinga, pipih dan pelipis anak-anak mulai memerah. Berpeluh dansinar hangat menerobos pakain seragam. Sembari memincingkan mata, menahan gerahnya sinar, mereka lantunkan Indonesia Raya penuh semangat.

Kini Sang Merah Putih mulai ditarik perlahan, berjalan ke tingkat lebih tinggi. Namun sampailagu Indonesia Raya telah habis mengalun, Sang Merah Putih masih berada di tiga perempat perjalanan menuju ke puncak tiangnya yangtertinggi.

Peluh sang petugas penggerek bendera semakin berlarian bagai anak-anak sungai. Peserta yang tak kuasa pun bersorak, huuuuu……!!!

Matahari bergerak semakin tinggi, tertawa terbahak, sinarnya semakin menggila

*******

Ku tatap wajah teman di samping, merah memerah.

Kupastikan diriku pun mengalami hal yang sama merah memerah.

“Stt… kawan, hari setelah upacara ini, kita semua ke “Daeng Rimang” yuk…!”

“Tidak usah khawatir, aku yang traktir !” Bisik sang bendaharawan sekolah.

“Gerahnya sinar mentari, kaki yang pegel lelah berdiri, semoga segera terbalaskan,”Hm.. Daeng Rimang…segeralah kau siapkan penghibur kepenatan kami.”

“Aku limpung berdiri, seketika kelam datang menyentak dipelupuk mata.”  Semua terasa hitam pekat.  Gelap!

Matahari bergerak semakin meninggi, masih terbahak-bahak, sinarnya pun masih memberingas.

*******

Sekali lagi Selamat Hari Guru.

Ilalang , Curhatku, :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun