Mohon tunggu...
Syamril Al Bugisyi
Syamril Al Bugisyi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aktivis sosial, pendidikan, keagamaan dan pengembangan SDM di Kalla Group Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Amalan Tidak Sia-sia

9 Juni 2016   20:44 Diperbarui: 9 Juni 2016   20:51 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah mesin yang harganya mahal mengalami kerusakan. Seluruh teknisi terbaik pun dikerahkan untuk memperbaikinya. Satu hari, dua hari sampai satu pekan mesin itu belum juga berhasil diperbaiki. Padahal dari pagi sampai malam para teknisi bekerja keras tanpa kenal lelah. Namun apa daya belum ada tanda-tanda perbaikan. Rusaknya mesin ini mengakibatkan kerugian yang besar karena produksi terhenti. Semakin lama kerugian semakin besar dan jika terus berlanjut maka pabrik bisa gulung tikar.

Akhirnya manajer pabrik memutuskan untuk menggunakan jasa eksternal yang berpengalaman meskipun biayanya mahal. Setelah kedua belah pihak sepakat ruang lingkup pekerjaan, waktu dan biaya maka mulailah tim eksternal tersebut bekerja. Disepakatilah waktu kerja 3 hari dengan biaya 100 juta rupiah.

Langkah awal yang dilakukan oleh teknisi eksternal adalah meminta manual book dari mesin tersebut. Hari pertama mereka hanya mempelajari manual book. Mesin belum disentuh. Hari kedua pun demikian. Melihat cara kerja demikian para teknisi internal jadi heran. Sudah dua hari berjalan, belum ada pekerjaan yang dilakukan. Mesin belum disentuh sama sekali. Teknisi internal jadi pesimis kepada teknisi eksternal. Mereka saja sepekan bekerja siang malam tak bisa memperbaikinya.

Pada hari ketiga barulah teknisi eksternal menyentuh mesin tersebut. Ternyata dalam waktu kurang dari 1 jam mesin sudah dapat diperbaiki. Setelah serah terima hasil pekerjaan maka biaya 100 juta pun dikeluarkan oleh manajemen pabrik. Semula pihak teknisi internal protes, pekerjaan 1 jam memperbaiki mesin bayarannya tinggi sekali. Tapi melihat hasil di mana mesin jadi normal kembali dalam waktu 1 jam maka mereka pun jadi angkat topi. Padahal mereka telah 5 hari siang dan malam mencoba memperbaiki mesin tersebut namun gagal membuat mesin itu kembali normal. Luar biasa teknisi eksternal ini.

Apa yang membuat teknisi eksternal luar biasa? Ternyata cara kerjanya. Sebelum menyentuh mesin dia mempelajari terlebih dahulu manual book dengan seksama. Dua hari digunakan untuk membaca dengan baik manual book tersebut. Setelah semua jelas barulah mereka memperbaiki mesinnya. Analisa permasalahan pun dapat dilakukan dengan tepat sehingga solusi dapat ditemukan. Jadinya cukup 1 jam mesin sudah normal kembali. Berbeda dari cara kerja teknisi internal yang selama 5 hari memperbaiki mesin tersebut tapi belum memahami dengan baik manual book mesin itu. Akibatnya 5 hari kerja jadi sia-sia tanpa ada hasil. Rugi waktu dan tenaga.

Apa maksud kisah di atas? Dalam bekerja kita dituntut untuk efektif dan efisien. Efektif berarti sasaran tercapai. Efisien berarti menggunakan sumber daya seminimal mungkin atau sewajarnya. Untuk mewujudkannya langkah pertama memahami dengan baik apa yang akan dikerjakan. Di sinilah dibutuhkannya ilmu dan belajar adalah jalannya. Jadi bekerja bukan semata kerja keras dengan waktu dan tenaga yang besar tapi harus didahului dengan kerja cerdas, memahami permasalahan dengan baik sehingga dapat bertindak dengan tepat.

Demikian pula dengan kehidupan kita sebagai manusia makhluk ciptaan Allah. Apa yang kita lakukan di dunia ini kerja keras siang dan malam, lelah fisik dan mental, lahir dan batin bisa jadi semua tak berguna dan jadi sia-sia jika kita tidak paham dengan baik manual book kehidupan. Sebuah manual book mesin yang valid haruslah dibuat oleh pencipta mesinnya. Demikian pula dengan manual book manusia yang valid haruslah dibuat oleh Pencipta manusia yaitu Allah SWT. Itulah Al Qur’an. Allah berfirman :

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. 2 : 2)

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (Q.S. Al Baqarah : 185)

Untuk itu mari belajar memahami Al Qur’an dan bulan Ramadhan menjadi kesempatan emas untuk mempelajarinya.

Pada akhirnya di bulan Ramadhan di mana kita semua berpuasa tentu kita tidak ingin puasa kita menjadi amalan yang sia-sia. Amalan puasa kita akan sia-sia jika kita gagal paham tentang ilmu puasa. Jika ilmu tentang puasa tidak dipahami maka bisa jadi kita sudah lapar dan dahaga berpuasa namun tidak mendapat apa-apa. Bukankah Rasulullah pernah bersabda :

Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahala puasanya, melainkan rasa lapar (H.R. Nasa’i dan Ibnu Majah)
    

Bagaimana caranya agar amalan puasa kita tidak sia-sia? Kita harus paham dengan baik manual book puasa yang salah satu isinya yaitu rambu-rambu yang harus diperhatikan. Ada dua jenis rambu-rambu puasa yaitu yang membatalkan puasa dan yang menghilangkan pahala puasa. Larangan yang membatalkan puasa kita semua sudah tahu yaitu makan, minum dan hubungan suami istri. Biasanya larangan ini pasti dipatuhi karena memang itulah puasa. Namun ada rambu yang sering dilupakan atau diabaikan yaitu yang menghilangkan pahala puasa. Rasulullah mengingatkan :

 “Siapa saja yang tidak meninggalkan berkata dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya” (H.R. Bukhari)

 “Puasa adalah sebagai perisai. Maka apabila seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan janganlah berteriak dengan keras yang tidak ada gunanya” (H.R. Bukhari dan Muslim)

 Ternyata rambu yang menghilangkan pahala puasa terkait dengan panca indra dan anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu mari puasakan juga panca indra kita dengan jauhi ghibah (gosip), mengumpat / mengejek, berkata kotor, dan dusta (puasa lisan), jauhi mendengarkan perkataan keji dan munkar serta dusta dan tidak berguna (puasa telinga), jauhi melihat aurat lawan jenis (puasa mata),jauhi tempat kemaksiatan (puasa kaki) dan jauhi menyakiti manusia dan hewan tanpa alasan yang benar, jangan mengambil barang orang lain (puasa tangan).

 Semoga dengan mematuhi rambu-rambu tersebut pahala puasa kita tidak hilang. Mari juga sempurnakan dengan melakukan amalan sunnah seperti segera berbuka (jika waktunya tiba), mengakhirkan sahur, shalat tarawih, mengisi hari-hari Ramadhan dengan zikir, tilawah Al Qur’an dan ketaatan, berdo’a, terutama bila hendak berbuka dan beribadah dengan sungguh-sungguh pada 10 hari terakhir. Jangan lupa juga ibadah social dengan memberi makan buka puasa, membantu fakir miskin, anak yatim, karib kerabat dan perbuatan baik lainnya.

Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita dijauhkan dari amalan yang sia-sia. Amin.  

Makassar, 1 Ramadhan 1437 H / 6 Juni 2016

Syamril

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun