Mohon tunggu...
Syamril Al Bugisyi
Syamril Al Bugisyi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aktivis sosial, pendidikan, keagamaan dan pengembangan SDM di Kalla Group Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Ibarat Perjalanan

18 Juni 2015   09:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Puasa Ibarat Perjalanan

Suatu hari kakak saya dan rombongan dari Pinrang berkunjung ke rumah saya di Kayu Agung Bukit Baruga Makassar. Saat tiba di gerbang depan Bukit Baruga mulailah saya pandu via telpon. Namun apa yang terjadi, sampai di bundaran dekat driving range golf seharusnya belok kanan ternyata ambil jalan lurus. Akibatnya tiba di pinggir sungai. Apalagi malam hari gelap gulita. Mereka pun putar haluan. Agar tidak tersesat lagi saya terpaksa menjemputnya, kemudian mengawalnya sampai rumah.  

Tentu kita semua pernah melakukan perjalanan mencari alamat atau menuju tempat tertentu. Sering berhasil tapi pernah juga tersesat. Akibatnya alamat yang dicari tidak ketemu. Mengapa tersesat / salah jalan? Bisa jadi karena belum tahu jalan, tidak mematuhi rambu-rambu, salah paham petunjuk jalan atau gelap dan mungkin juga karena malu bertanya (akhirnya sesat di jalan).
 
Puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan itu juga ibarat perjalanan dengan tujuan menggapai atau mendekati TAQWA.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al Baqarah : 183)

Apakah semua orang yang berpuasa dijamin meraih TAQWA? Ternyata tidak juga. Ibarat perjalanan, ada yang tiba di tujuan dan ada juga yang tersesat.
Oleh karena itu agar kita tidak termasuk orang yang salah jalan mari perhatikan rambu-rambu ibadah puasa. Apa saja rambu-rambunya?

Ada dua jenis rambu-rambu puasa yaitu yang membatalkan puasa dan yang menghilangkan pahala puasa. Larangan yang membatalkan puasa kita semua sudah tahu yaitu makan, minum dan hubungan suami istri. Biasanya larangan ini pasti dipatuhi karena memang itulah puasa. Namun ada rambu yang sering dilupakan atau diabaikan yaitu yang menghilangkan pahala puasa.  Rasulullah mengingatkan :

Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahala puasanya, melainkan rasa lapar (H.R. Nasa’i dan Ibnu Majah)

Apa saja yang dapat membuat puasa kita tidak dapat pahala? Rasulullah mengingatkan :

“Siapa saja yang tidak meninggalkan berkata dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya” (H.R. Bukhari)

“Puasa adalah sebagai perisai. Maka apabila seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan janganlah berteriak dengan keras yang tidak ada gunanya” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Ternyata rambu yang menghilangkan pahala puasa terkait dengan panca indra dan anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu mari puasakan juga panca indra kita dengan jauhi ghibah (gosip), mengumpat / mengejek, berkata kotor, dan dusta (puasa lisan), jauhi mendengarkan perkataan keji dan munkar serta dusta dan tidak berguna (puasa telinga), jauhi melihat aurat lawan jenis (puasa mata),jauhi tempat kemaksiatan (puasa kaki) dan jauhi menyakiti manusia dan hewan tanpa alasan yang benar, jangan mengambil barang orang lain (puasa tangan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun