Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Si Ledong

14 November 2013   20:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembu Bodong alias si Ledong adalah anak ibunya, bukan berarti dia tidak punya ayah.

“Bapaknya orang istana”,

Begitulah biasanya kata warga setempat jika ditanya. Tetapi ada saja warga yang kepleset ngomong, katanya si Ledong adalah anak;


“Pangeran Ibas”


“Hush sembarangan…Ibas bukan pangeran, dasar tukang gosib lebay”


“ Oh iya Ibas hanya anak punggawa istana”


“Eeeeh ngoceh lagi…mending diam lo….sok tau”


Akuwu Tebupait menghardik si Anis, keponakannya yang masih abege.


Meski tidak seorangpun dapat menyebutkan dengan pasti siapa orang istana dimaksud, tetap saja Si Ledong disebut sebagai anak orang istana. Namanya juga gosib, terus meluncur bebas dari mulut ke telinga warga ketika mereka bergunjing.


Memang beberapa kali sang akuwu ( kepala dusun ) Tebupait membujuk gadis cantik bunga dusunnya itu untuk mengungkapkan siapa sebenarnya ayah si Ledong. Tetapi selalu gagal maning gagal maning.


Jawaban berupa senyum teramat manis itulah penyebabnya akuwu tak sanggup memaksanya bicara. Pada catatan pedukuhan di daun lontar, tertulis “ketika kutanya siapa sang ayah si Ledong selalu dijawab dengan semyum tersipu”.


Once upon time, sepasukan bhayangkari mendatangi rumah Nirondo Putih, kedatangan pasukan kerajaan Mayapait itu mengegerkan dusun. Warga Tebupait berdatangan ke pekarangan rumah Nirondo Putih, ingin mengetahui apa gerangan yang akan terjadi.


Umumnya warga dusun bertanya-tanya, apakah ini penangkapan?, siapa yang ditangkap?. Tetapi mengapa pasukan bhayangkari membawa kereta kencana yang biasanya hanya digunakan oleh penghuni kaputren istana?


Tak lama kemudian terdengar tangis bayi, si Ledong menangis karena disapih Nirondo Putih ketika masih menetek ibunya. Emaknya Ledong terlihat keluar gubuk tanpa menoleh sesiapapun, dia lalu dibimbing prajurit bhayangkari menaiki kereta kencana.


Sesaat seluruh warga yang hadir terdiam, sepiiii hening seakan malaikat sedang lewat. Heniiing hingga kereta kencana menghilang dibalik kabut malam musim hujan.


Keheningan dipecahkan suara sang akuwu, “emaknya Ledong boyong ke istana”.

……Ooohhhhhhh…


Warga bubar, gadis cantik bunga dusun Tebupait diboyong ke istana raja seperti mengungkap separoh rahasia. Seperti pembenar bahwa ayahnya Ledong memang orang istana. Namun siapakah dia? Masih tersisa tanda tanya.

***

Notes : Cerita ini sepenuhnya fiksi, adaptasi dari folklore rakyat di Kalimantan Selatan tentang adanya hubungan antara Kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan Negeri Candi Laras, Kerajaan Negara Dipa di Sungai Salai, Margasari - Kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan.

Revisi dari tulisan sebelumnya
http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/11/11/lembu-bodong-318464.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun