Mohon tunggu...
Samsul Rumasoreng
Samsul Rumasoreng Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa Pascasarjana SPL-IPB University

"semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak" Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Diri Sendiri Lewat Pendidikan Literasi

12 Agustus 2018   09:23 Diperbarui: 12 Agustus 2018   09:31 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman orde baru, Daoed Joesoef. Berpendapat bahwa pendidikan kita telah dikerdilkan hanya menjadi persekolahan dan melupakan pengajaran nilai-nilai kehidupan yang bermakna.

Pendidikan tidak bisa sekedar dijalankan pada penguasaan materi saja apalagi kalau siswanya berpikir bahwa "kelulusan" seseorang dalam ujian sebenarnya hanya dibuktikan dengan lulus ujian materi. Padahal siswa pendidikan harus bisa menyiapkan anak-anak menjadi mandiri, membentuk masah depan di tengah lingkungan yang terus berubah.

Makanya perlukah kita mempelajari pribadi manusia. Akan tetapi, lebih lebih penting lagi seperti kata socrates, "Kenalilah siapa dirimu, kenalilah pribadimu sendiri ". Namun haruslah kita selalu sadar pula bahwa mengenal diri sendiri 1000 kali lebih segar daripada keinginan mengetahui pribadi orang lain. Apakah karakteristik kepribadian merupakan bawaan lahir atau bukan, tapi bisa saja di bentuk apabilah ada dukungan dari lingkungan.

Salah satu faktor adalah tekanan dari lingkungan sehingga membuat kita terasa di jaja dengan pendidikan. Sehingga kelemahan kekuatan pribadi bukan hanya tampak pada individu bahkan tampak juga pada satu bangsa setiap bangsa mempunyai sisi yang kuat dan sisi yang lemah dan pribadinya. 

Seperti halnya yang ada pada bangsa Jerman terkenal karena kehidupannya yang suka kepada pemikiran dan kedisiplinan, demokrasi nya pun berhubungan dengan orang kuat.

Sama halnya dengan bangsa Indonesia pada zaman penjajah terkenal sebagai satu bangsa yang sangat sabar menderita akan tetapi setelah Merdeka terkenal sebagai satu bangsa yang tahu harga diri dan hormat kepada tamunya. 

Terkadang sangat terasa perbedaan pribadi jika orang dari satu ini memberikan dengan orang dari golongan yang lain semuanya mempunyai kebiasaan sendiri dan akan merasa canggu dan kaku jika saling berhadapan.

Makanya kita perluh sesuatu yang baru dengan memiliki daya tarik dengan cara budi yang tinggi, kesopanan dan ilmu pengetahuan yang luas, kesanggupan menaati pada perkara yang belum sepakati, dengan kecerdasan, kecepatan menarik kesimpulan, kepandaian menjaga perasaan orang.

Kumpulan sifat tersebut menimbulkan daya tarik. Hal itu dapat dipelajari dengan mencintai buku sebagai sarana informasi dan pengetahuan yang telah diwarisi oleh pendidikan ibu, bapak, sekolah dan lingkungan masyarakat. 

Ada orang yang hanya dengan melihat wajahnya udah menarik hati kita, tetapi setelah bertukar pikiran jelas kekurangannya sebaliknya adalah orang yang mula-mula kita lihat telah menimbulkan rasa benci dan setelah bertukar pikiran iapun membangkitkan penghargaan. 

Cara kita yang salah menempatkan sesuatu pada tempatnya, terkadang kita tertipu pada kondisi yang terjadi sekarang ini sampai membuat kita terlena dan menyerah pada kemunafikan. Negara jepang gencar-gencar membangun teknologi untuk untuk mampu menyaingi negara-negara besar, tetapi kita sebaliknya hanya berdiam diri dan menunggu sesuatu itu akan datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun