Mohon tunggu...
Samsul Rumasoreng
Samsul Rumasoreng Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa Pascasarjana SPL-IPB University

"semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak" Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Sumber Daya Perempuan untuk Menunjang Kebutuhan Generasi

3 Agustus 2018   10:33 Diperbarui: 3 Agustus 2018   10:35 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : Bercerita Literasi

Dalam pembangunan, perempuan menjadi titik balik untuk membangun mental generasi. Kaum perempuan akan menjadi ibu dan pendamping dalam memerangi permasalahan krusial yang terjadi di negeri ini.

Perempuan harus menyadari anugerah yang dimiliki dengan memiliki waktu 24 jam dihabiskan bersama anak dan keturunannya. Sebab kondisi yang terjadi pada anak di Indonesia berdasarkan sensus penduduk 2010, menunjukkan selama 10 tahun terakhir,  penduduk 32,5 juta jiwa dan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen. 

Sudah di atas jumlah penduduk Malaysia, otomatis masalah yang di hadapi kelak adalah persaingan sumber daya manusia. Berkaca pada negara Cina sebagai negara dengan jumlah penduduk tertinggi dunia mampu mengatasi persoalan dan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Lalu bagaimana melihat peran perempuan disini, kaum perempuan pada abad ini perluh ada revolusi pendidikan yang baru dengan membentuk karakter ke agamaan yang matang secara ilmu pengetahuan, mampu kreatif dan berjiwa sosial. 

Semua ini di dapatkan hanya pada literasi, pengertian literasi sendiri kadang di pandang oleh masyarakat awam sebagai media informasi untuk pembentukan karakter diri.

Beranjak tahun, generasi yang dikandung di badan akan merasa teridolakan karna aktivitas orang tuanya selalu bernarasi dalam syair-syair dan tiba saatnya anak yang di kandung mengcopi apa yang telah disajikan orang tua terhadapanya. 

Pesan ini hanya diketahui apabila kaum perempuan tau pendidikan generasi, generasi hanya mengikuti apa yang di lakukan orang tua. Salah satu contohnya satu orang anak hidup dalam dua keluarga yang berbeda, aktivitasnya pun berbeda. 

Pada keluarga A selalu melakukan kegiatan-kegiatan literasi dengan memulai waktu pagi membaca buku terus menerus. Sedangkan keluarga B hanya melakukan aktivitas biasa saja, lalu lihat  perkembangan anak. Otomatis keluarga produktif adalah keluarga A, karna pendidikan generasi di keluarga hanya mencopi apa yang di lakukan orang tuanya di pagi hari.

Generasi yang biasa-biasa saja berawal dari keluarga yang biasa-biasa saja, sedangkan generasi produktif berawal dari keluarga yang bernarasi. 

Tinggal kaum perempuan yang kelak menjadi ibu dari generasi nya memili untuk menempatkan generasi nya, itu pilihan orang tuanya untuk memberikan pondasi keilmuan sebelum ia beanjak ke lingkungan yang lain.

Makanya pengertian kaum perempuan harus memahami untuk mendefenisikan dirinya, perempuan akan menjadi pendidik kelak ketika berada di dalam keluarga.  

Perannya sangat dinantikan, pesan motivasi di sajikan untuk memberikan bimbingan. Karna waktu yang di alami perempuan lebih banyak bersama generasi nya ketimbang laki-laki. 

Supaya mencapai harapan, minimal sumberdaya perempuan harus produktif untuk menceritakan pengetahuan terbaru kepada generasinya dengan cara mencintai buku dari sekarang, menulis apa yang diketahui. Agar tulisan yang sajikan bisa menjadi bacaan pada generasi bahwa orang tuanya pernah hidup di masah lalu.

Bukan terperdayakan dengan keadaan selama ini, perempuan hebat berawal dari mencintai buku. Perempuan yang mencintai buku kebanyakan pekah dengan kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar, perempuan yang mencintai keporiaan lebih suka pekah terhadap barang belanjaan. 

Kita perluh bermimpi setinggi impian soekarno untuk menghadirkan 10 pemuda Indonesia, dari mana mendapatkannya. Pastinya dari 10 rahim perempuan yang mencintai buku. 

Di senayan sana kaum laki-laki lebih mendominasi dalam sistem, ketimbang kaum perempuan. Jika kalau ada dari perempuan pastinya perempuan yang mencintai buku, partisipasi perempuan terhadap pendidikan itu karna 130.000 anak Indonesia yang mengalami keterbelakangan pendidikan adalah perempuan. 

Itu dikarenakan yang lebih mendominasi tokoh buku adalah kaum laki-laki, sedangkan perempuan lebih banyak di mol. Mari membangun harapan generasi dengan literasi, dengan cara membaca, menulis dan lain-lain. 

Semua termuat dengan tujuan, kelak akan ada dari kita menikmati kejayaan Indonesia. Sebelum kaum perempuan memahami apakah dia perempuan atau cewe ? Itu perluh di ketahui. Karna perempuan berada pada sistem, sedangkan cewe berada di luar sistem.

#SalamLiterasi

#KompasianerAmboina

#RumahBacaKapataSawai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun