Dengan demikian dalampenelitian Online, harus benar-benar diperhatikan dengan seksama mengenai Informasi yang akan dipergunakan. Di Internet terdapat ribuan sumber daya akademik yang berkualitas, termasuk ratusan jurnal dan situs online yang dibuat oleh universitas dan organisasi ilmiah lainnya. Namun ada jutaan informasi yang serupa yang merupakan sampah. Oleh karena dalam penelitian melalui Online/ Internet terdapat beberapa masalah pengambilan Informasi ini yang harus diperhatikan , terutama yang terkait dengan Kredibilitas Informasi.
Ketiga: Masalah Bias Validitas
Mempersiapkan dan melakukan survei Online bisa menjadi proses yang rumit, harus dapat mengidentifikasi beberapa bias dalam penelitian ini ; Dari laman www.d8aspring.com dan Profesor Kevin B. Wright, dari George Mason University, menyampaikan bahwa terdapat beberapa bias dalam melakukan penelitian melalui Online , yaitu :
Bias pengambilan sampel
Dalam metode penelitian Kuantitatif melaui survei misalnya; Â yang ideal apabila semua responden target memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Namun karena dilakukan dengan Online, maka kemungkinan ketersediaan survei hanya bisa di akses oleh responden yang lebih aktif dalam aktifitas Online, terutama mereka yang memiliki akun media sosial. Dengan demikian tingkat keterlibatan responden Online akan bervariasi terutama faktor usia dan pendapatan yang mempengaruh aktifitas Online . Pada saat beberapa responden yang menjadi target populasi penelitian tidak memungkinkan disurvey karena tidak masalah aktifitas Onlinenya sendiri dibandingkan yang lain, kemungkinan penelitian kita dipengaruhi oleh bias pengambilan sampel.
Demikian juga pada saat melakukan Survei berbasis web. Satu kegiatan penelitian online yang sebenarnya lebih sulit dikendalikan. Dalam penelitian Online melalui web, siapa pun yang memiliki akses dapat menyelesaikannya penelitian tersebut. Hal itu tentu akan mengganggu proses pengambilan sampel dan tentu akan memiliki konsekuensinya terhadap hasil penelitian (Selm & Jankowski, 2006). Penelitian dengan web juga memungkinka peserta mengisi kuesioner survei secara berulang.
Seorang individu yang memiliki akses Online cenderung kelas menengah, berpendidikan dan mengerti teknologi – ini mungkin membatasi generalisasi dan bias sampel (Ahern, 2005). Bias pengambilan sampel tergantung pada penelitian, misalnya, jika tidak didasarkan pada populasi umum, maka mungkin ada bias (Hewson, 2008). Dalam bias sample ini seleksi diri mungkin menjadi masalah lain. Penelitian dari Wright (2005) menunjukkan bahwa tipe orang tertentu lebih cenderung menyelesaikan survei Online. Namun dalam kasus lain terdapat orang yang dapat menerima banyak undangan untuk berpartisipasi dalam survei dan ini tentu akan menjadi disensitif dan apatis, sementara yang lain mungkin skeptis.
Bias Respon atas Pertanyaan KueisionerÂ
Dunia Internet, memungkinkan Anonimitas. Tidak memiliki batasan atau parameter tentang gender. Ini dapat memberikan bias karena kita tidak mengetahui jenis Gender yang akan mengisi survey kita secara jujur. Proporsional Gender akan berpengaruh terhadap respon survei.  Saat menjawab survei Anda, responden Anda juga dapat menunjukkan bentuk bias. Bias juga terjadi akibat faktor-faktor bawah sadar dan sadar menghasilkan respons yang kurang jujur.
Beberapa respon juga terkait dengan karakteristik permintaan - Ini terjadi ketika responden menjadi terlalu sadar bahwa mereka adalah bagian dari survei, membuat mereka menggandakan jawaban mereka dan ada kecenderungan memberi tahu apa yang ingin didengar oleh Peneliti.Â
Apabila melakukan metode Kuesioner dengan Skala Linkert  - skala lima poin, ada kecenderungan responden cenderung memilih opsi ekstrem, terutama muncul dalam masyarakat individualistis.Namun dalam masyarakat yang terbangun kolektif, makan kecenderungannya dalah menjawab netral.
Selain itu Di zaman virus komputer dan serangan Fishing, pengguna komputer sering diperingatkan mengeklik tautan palsu, akibatnya sebagian besar individu takut untuk membuka lampiran atau tautan. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap jumlah respon yang diharapkan.
Bias PesanÂ
Urutan pertanyaan dan jawaban dalam survei Online dapat dipengaruhi oleh persepsi responden.. Sebagai contoh, responden dapat mengalami efek asimilasi, di mana respons mereka terhadap pertanyaan terakhir lebih mirip dengan pertanyaan sebelumnya daripada jika didahului atau ditanyakan sendiri. Sebaliknya, responden dapat mengalami efek kontras, di mana respons mereka terhadap pertanyaan terakhir jauh lebih berbeda dari pertanyaan sebelumnya daripada jika didahului atau ditanyakan sendiri.
Ke Empat : Permasalahan Tingkat Respons yang rendah Â
Amber N. Manzo, Jennifer M. Burke, dalam buku Handbook Of Survei Methodoly for Social Science, mengemukakan bahwa banyak hasil  penelitiannya  menunjukkan bahwa penelitian yang dimediasi internet memiliki tingkat respons yang rendah . Manzo dan Burke (2012) menegaskan hal itu tingkat respons yang rendah mengancam validitas hasil survei “karena non-respons mungkin tidak acak - non-responden dalam sampel terkadang memiliki karakteristik yang sama. Sinclair et al. (2012) menemukan bahwa varians respons antara empat mode survei telepon (30,2%), survei pos yang dipersonalisasi (10,5%), survei pos umum (7,5%) dan survei internet (4,7% untuk pendekatan yang depersonalisasi dan 2,2% untuk pendekatan generik dapat disebabkan oleh motivasi yang berbeda dan minat pada topik survei. Banyak studi menunjukkan bahwa faktor-faktor demografis seperti kualifikasi, profil karier dan tahun pengalaman merupakan  yang berpengaruh sebagai penentu tingkat respons.