Coronavirus (covid 19) telah memberi banyak implikasi dalam kehidupan mendatang ; tindakan protektif terhadap virus membuat perilaku setiap orang berubah drastis; Seminimal mungkin menjauhi kontak langsung, menjauh dari kerumunan serta mempriroitaskan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya. Masyarakat akan lebih banyak beraktifitas di rumah dengan gawai di tangan untuk beraktifitas secara digital/virtual, yang pada gilirannya mendorong perubahan pada semua organisasi untuk masuk dunia virtual secara utuh.
Pasca Covid 19, teknologi yang mendukung produk, layanan dan cara berhubungan dengan pelanggan akan dikelola dengan dengan cara yang sama sekali berbeda, seperti disajikan dalam.Data BSG (2020) sebagai berikut :
- Penggunaan teknologi virtual, akan meningkat pesat, untuk menggantikan layanan tatap muka tradisional. Sebagai contoh catatan UK telemedicine, menunjukan bahwa "perubahan sepuluh tahun dalam satu minggu". Kedepan perilaku setiap orang akan terus nyaman dengan interaksi digital/virtual.
- Penggunaan Zoom dan Slack meningkat tajam, Peningkatan pengguna baru meningkat eksponensial dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam jangka panjang model kerja jarak jauh dengan virtual akan menjadi budaya perusahaan baru. Organisasi (Pemerintah dan Bisnis) akan menemukan banyak hal terkait efisiensi dan efektifitas dengan menimplementasikan model kerja brau tersebut.
- Peningkatan sistem pelacakan dan penelusuran individu melalui ponsel dan media digital lainnya yang dapat diterapkan di kantor/pusat perbelanjaan, akan terus berkembang. Demikian juga model pengambilan keputusan akan selalu berbasis data. Selain itu dengan kompleksitasnya masalah, maka penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) akan terus meningkat.
- Peningkatan penggunaan aplikasi panduan kesehatan. Hal ini akan membangun budaya sehat, dan prioritas keamanan bagi masyarakat, menjadi prioritas banyak perusahaan.
- Konsep pemasaran offline akan banyak dtinjau ulang dan mendorong peningkatanan pemasaran digital dan platform online. Platform komunikasi masa, berbasis teknologi akan terus bermunculan.
Hal-hal tersebut di atas, akan memaksa sebuah organisasi masuk ke dalam dunia digital secara utuh, dan ini akan mendorong perkembangan model kepemimpinan baru yang didasarkan pada kepempinan berbasis teknologi (Toduk, 2014: 23). Model kepemipinan ini secara perlahan akan menggeser model kepemimpinan konvensional menjadi model Kepemimpinan Digital (Digital Leadership) .
Digital Leadership, adalah model kepemimpinan yang memfokuskan pada tata kelola digital, dengan proses menjadikan kegiatan digital (termasuk didalamnya aktiftas organisasi berbasis virtual) sebagai visi strategis organisasi (Khan, 2016: 9,10): Model Kepemimpinan Digital, memiliki kemampuan untuk membingkai tantangan digital dengan menciptakan visi transformasi digital sehingga kesadaran akan peluang atau ancaman digital dapat diidentifikasi secara detail, terintegrasi dan terarah; Selain itu seorang pemimpin dengan Kepemimpinan Digital akan mendorong penerapan budaya digital yang “agile” – Oleh karenanya akan selalu memberi ruang kepada setiap orang untuk mengeluarkan ide-ide inovatif dan mendukung ke wirausahaan yang dalam jangka panjang akan membangun budaya digital di dalam perusahaan (Moschella, 2014: 13).
Covid 19 adalah krisis kemanusiaan yang mendatangkan malapetaka pada kehidupan manusia. Di tengah ketakutan, kebingungan, dan gangguan, seorang dengan Kepemimpinan Digital akan memiliki peran utama dalam melakukan tranformasi digital dan tindakan yang cepat dan terukur .[1]
Pemimpin dengan model Kepemimpinan Digital, dapat menunjukkan pandangan yang jelas tentang bagaimana menggunakan digital untuk menavigasi krisis di dalam organisasinya, untuk kemudian dengan cepat merancang ulang strategi digital dan menyeimbangkan kembali peta jalan bisnisnya sesuai kehidupan digital yang baru. Mereka juga akan mengakselerasi proses digitalisasi dan transformasi teknologi di dalam organisasi, dengan antara lain ; membuat Tim Respons Cepat dan Transformasi Digital, dan menjawab beberapa hal penting dalam berinteraksi dengan pelanggan, yaitu ;
- Bagaimana melayani pelanggan dengan cara yang melindungi kesehatan mereka, seperti meluncurkan pembayaran QR atau membangun kemampuan pengiriman produk tanpa kontak.
- Bagaimana membantu pelanggan/masyarakat menajalani masa transisi dari saluran offline ke online, seperti menciptakan meningkatkan infrastruktur pendukung pendampingan pelanggan secara online.
Namun demikian, seorang pemimpin dengan Kepemimpinan Digital juga memahami benar bahwa aktifitas organisasi bukan hanya tentang digitalisasi, bukan hanya “digital first”, akan tetapi dapat mengidentifikasi bahwa proses digitalisasi harus dibangun atas dasar kebutuhan pelanggan yang utama di era pasca Covid 19 ini , yaitu kebutuhan akan rasa aman terhadap kesehatannya (“safety first”). Dengan demikian, model Kepemimpinan Digital, akan dengan cepat menata kembali proses digitalisasi dalam seluruh proses bisnis organisasinya berlandaskan kerangka “digital for safety first” tersebut.
Oleh karenanya, membangun Transparansi, terutama transparansi atas proses bisnis di organisasinya telah dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan akan menjadi bagian dari rencana strategis organisasi. Model hubungan pelanggan juga akan di “restrat” dengan pendekatan baru, pendekatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, dengan menggunakan algoritme yang diperbarui yang tidak bergantung pada pengenalan pola yang ketinggalan zaman.
Bagaimanapun pilihan hidup berdampingan dengan Covid 19, akan selalu dinamis. “On- off “ kehidupan sehari-hari di masyarakat menjadi proses yang lazim, disesuaikan dengan kondisi penyebaran infeksi virus covid 19, ini akan terus berlanjut sampai vaksin covid 19 ditemukan. Demikian juga perubahan dan pergeseran ekonomi dan struktural, yang akan berubah secara besar-besaran sebagai dampak dari pandemi covid 19. Hal ini tentunya akan menuntut organisasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat namun terukur.
Untuk mendukung hal tersebut, seorang dengan model Kepemimpinan Digital, akan dengan segera membangun satu tim analis yang kuat dengan kemampuan multidisiplin, sehingga mampu memberi dukungan strategis terhadap keputusan kritis secara tersistem. Ini adalah yang pertama dan terpenting dalam organisasi yang sedang berada dalam lingkungan yang kritis.
Dalam proses suport bisnis, model Kepemimpinan Digital, akan selalu mendorong semua karyawan dapat berinovasi dan berkolaborasi secara virtual. Oleh karenanya dalam membangun proses kolaborasi, pemilihan teknologi komunikasi, terutama akan memprioritaskan teknologi yang dapat membangun keakraban dan diskusi innovasi antar karyawan serta kemudahan integrasi, dengan tetap memastikan protokol keamanan diri, keamanan informasi dan keamanan data perusahaan.
Kepemimpinan Digital, akan secara aktif dan terus-menerus mendorong proses belajar innovatif terhadap cara-cara kerja baru sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru di masyarakat. Sistem pelatihan didorong dibangun dengan mengembangkan budaya innovasi berkelanjutan. Model Kepemimpinan Digital, menyadari bahwa pembelajaran terbaik datang dari melakukan, dan mencoba sesuatu yang baru. Dan ini pasti akan memberi kemungkinan menghasilkan kegagalan. Namun jika orang takut dihukum karena gagal, maka mereka tidak akan bereksperimen. Dalam kondisi kritis saat ini kegugupan akan kegagalan ini cenderung memburuk, sehingga Pemimpin dengan Kepemimpinan Digital akan mengambil langkah yang kuat dalam melindungi orang-orang yang mau bereksperimen dan berinnovasi.
Bekerja dari rumah selain terus membantu organisasi bergerak secara efisien, juga mengaktifkan peluang baru produktivitas karyawan. Ini akan mencegah organisasi untuk merekrut karyawan baru dengan kemampuan Teknologi misalnya. Hal ini penting karena dalam kondisi seperti ini walaupun kebutuhan keterampilan digital penting, tapi menjaga kestabilan keuangan perusahaan dengan seminimal mungkin mengeluarkan biaya tambahan dari proses rekrut baru misalnya jauh lebih penting. Pilihannya adalah mengoptimalkan kemampuan dan peningkatan keterampilan digital seluruh organisasi. Dengan mengembangkan ini, secara mandiri perusahaan akan mampu memodernisasi lanskap teknologi yang diperlukan secara efisien.
Model Kepemimpinan Digital adalah model kepemimpinan Visioner, yang mampu membangun visi transformasi digital dengan keunggulan yang uniq yang dimiliki organisasi disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan/masyakarat dalam kehidupan baru pasca Covid 19. Visi itu dilakukannya secara gradual, dengan penyesuaian model bisnis; tata kelola digital yang kuat. Termasuk didalamnya adalah membangun mengembangkan model mitigasi risiko digital yang kemungkinan muncul di masa mendatang.
Kepemimpinan Digital , akan menciptakan budaya digital yang efektif secara berkelanjutan sehingga menjadi organisasi digital yang bertumbuh dan berorientasi menjadi organisasi digital unggul. Semoga...
Refferensi :
- BCG Perspectives , 2020, COVID-19, Facts, scenarios, and actions for leaders, Publication #4 with a focus on Accelerating Digital & Technology Transformation
- Mc Kinsey, 2020, Driving digital change during a crisis: The chief digital officer and COVID-19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H