Pada awal 80-an, Faith mendeteksi perubahan besar cara orang menjalani kehidupan mereka. Penemuan Internet telah membuka peluang setiap orang mencari dan memesan layanan produk dan jasa dari rumah. Sebuah era baru telah tiba, dan Faith Popcorn mengidentifikasinya, dan pada tahun 1981, dengan istilah "Cocooning," (Kepompong) yang tekenal dalam budaya populer .
Pada saat ini, pandemi covid 19, telah “memaksa“ semua orang untuk mengkarantina diri hidup nya bagai kepompong agar terhindar dari inveksi virs dan mengurangi laju penyebarannya.
Hidup bagai kepompong sudah dijalani mendekati 4 Bulan, dan kegiatan ekonomi untuk menunjang hidup harus dimulai, tidak punya pilihan, kita akan masuk ke era dimana kita harus siap hidup berdampingan dengan Covid 19.
Lalu bagaimana dengan kondisi orang tua kita, kakek nenek kita yang berdasarkan data menunujukan bahwa sejak pandemi Covid-19 merebak di Wuhan, China, merupakan kelompok paling rentan terinveksi covd 19 ?
Data World Health Organization, menunjukan bahwa angka kematian paling banyak terjadi pada penderita lansia (Di Indonesia 60 Tahun ke atas) , dengan persentase mencapai lebih dari 22% (sehatQ, 2020). Dan ini terjadi pada kisaran waktu dimana umumnya semua keluarga sudah mengkarantina diri, sehingga para orang tua “relatif cukup aman” karena kontak dengan orang luar dalam kondisi minimal.
Data BPS pada tahun 2019 persentase lansia di Indonesia mencapai 9,6% dari total penduduk atau sekitar 25,64 juta orang (BPS, 2019). Ini menunjukan bahwa menunjukan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah lansia yang tinggi, dengan demikian pandemi Covid-19 merupakan sebuah ancaman yang nyata bagipara Indonesia.
Hal ini terlihat dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (covid.go.id), per 20 Mei 2020. kelompok umur yang meninggal dunia paling tinggi di kelompok umur lebih dari 60 tahun (lansia), yaitu 44 persen, sedangkan kelompok umur 46-59 tahun sebanyak 40 persen, dan pada umur 31-45 tahun sebanyak 11,6 persen. (dikutip dari ANTARA, 4 Juni 2020).
Data kasus tersebut dimungkinak bertambah karena kondsi kesehatan Lansia di Indoensia, Hasil susenas Bulan Maret 2019 menunjukan, separuh lansia Indonesia (51,08%) mengalami keluhan kesehatan (BPS, 2019). Adapun angka kesakitan (morbidity rate) mencapai 26,20%, yang artinya 26 dari 100 lansia mengalami sakit. Dan dari data BPS hasil susenas 2019, menunjukan bahwa pola hdup lansia juga masih menunjukan pola hidup yang kurang sehat yaitu ; sebanyak 24,30% Lansia mempunyai kebiasaan merokok dan sebanyak 23,95% dari mereka adalah lansia dengan ekonomi lemah yaitu kelompok lansia dengan pengeluaran 40% terbawah (BPS, 2019).
Dengan kondisi tersebut di atas, maka walaupun sudah memasuki “New Normal”, bagi orang tua, nenek dan kakek, para lansia “tidak ada pilihan”, mereka masih harus tetap hidup dalam kepompong, dengan tetap melaksanakan pola hidup sehat dan produktif.
Oleh karena itu beberapa langkah berikut yang disarikan dalam “Manajemen Kepompong 60+, direkomendasaikan sebagai cara hidup sehat dan produktif bagi para orang tua, serta merekomendasikan peran keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk melindungi para orang tua dari keterpaparan covid 19, yang meliputi :
Manajemen Pencegahan dan Perawatan Diri Sendiri (Self Control/Self Helling)
Ini adalah pedoman bagi para lansia yang dapat dilakukan oleh para lansia sendiri agar dirinya selalu terjaga kesehatannya, yaitu :
Jalankan protokol kesehatan dasar sesuai anjuran pemerintah dengan disiplin ;
Ini adalah Protokol Dasar bagi semua orang di era Covid 19.
Semua harus mematuhinya yaitu; Pakai masker, cuci tangan pakai sabun dan selalu jaga jarak. Usahakan memiliki masker cadangan, cuci dengan air sabun secera rutin.Tempatkan tempat air cuci tangan (air sabun) sedekat yang bisa bapak/ibu jangkau. Lakukan praktek etika pernapasan yang baik (batuk /bersin yang tertutup bagian belakang tangan)
Miliki Perimeter Keamanan Kesehatan Sendiri, Saat Di Dalam Rumah.
Sebaiknya para orang tua memiliki ruang/kamar khusus di rumah, Namun demikian bila tidak memungkinkan, maka keluarga dapat menyiapkan perimeter covid 19 bai lansia di rumah, yaitu satu ruang/tempat yang cukup, untuk melindungi diri/ minimal daat berjaga jaga jarak, 1 M. Ini bisa juga dalam bentuk /ukuran satu ranjang kecil tempat tidur, atau kursi atau sebatas ruang yang cukup dan kita berikan sebagai “hak” para orang tua di rumah untuk punya “wilayah kesehatan sendiri” . Termasuk dalam perimeter ini adalah jika memungkinkan dengan memberikan toilet dan kamar mandi yang tidak digunakan orang lain di rumah. Namun bila tidak memungkinkan toilet dan kamar mandi yang ada harus selalu dijaga kebersihannya. Kiat lain adalah membuat aturan “orang tua terlebih dulu “ .
Pastikan Bapak/Ibu menggunakan handuk dan perlengkaan mandi lainnya sendiri serta terpisah dari orang lain di rumah Bapak/ibu, baik untuk mengeringkan diri setelah mandi atau mandi dan untuk keperluan kebersihan. Demikian juga untuk perlengkapan pribadi lainnya, gunakan milik sendiri yang berbeda dengan anggota keluarga lainnya Misalnya, peralatan makan (sendok, garpu,piring, dan tempat minum). Jika bisa, Bapak/Ibu dapat membawa makanan kembali ke kamar. Atau memiliki tempat menyimpan makanan yang mudah dijangkau dan agar memudahkan saat membutuhkan, Namun tetap harus dijaga agar makanan yang disiapkan memenuhi standar bergizi dan cukup.
Bersihkan secara rutin permukaan dimana Bapak/Ibu sering pergunakan/duduk/tiduran , seperti meja, alas meja, gagang pintu, perlengkapan kamar mandi, toilet dan gagang toilet, telepon, tablet, dan meja samping tempat tidur Bapak/ibu setiap hari dengan produk pembersih rumah tangga biasa, seperti deterjen dan pemutih karena ini akan sangat efektif dalam menghilangkan virus.Top of FormBottom of Form
Jaga Kesehatan Mental
Isolasi sosial, pengurangan aktivitas fisik, ketidakpastian dan perubahan rutinitas semua dapat berkontribusi pada meningkatnya stres. Selain itu sangat mudah untuk menjadi cemas dan kesepian ketika Bapak/ibu harus menghabiskan waktu sendiri. Namun demkian tidap perlu dikhatairkan berlebihan karena ini tidakhanya menimpa Bapak/Ibu yang sudah sepuh, tapi dapat menimpa banyak orang termasuk mereka yang tanpa kebutuhan kesehatan mental mungkin merasa cemas tentang dampak ini.
Oleh karenanya yang terpenting jangan jatuh ke dalam pola perilaku tidak sehat yang pada gilirannya dapat membuat Bapak/Ibu merasa lebih buruk. Juga harus tetap ingat bahwa keluarga dan teman Bapak/ibu tetap berada disekeliling, Oleh karenanya usahakan selalu dapat mengangkat telepon dan menelepon teman. Ini juga penting dalam menjaga kesehatan mental Bapak/Ibu. Dan untuk itu usahakan agar HP, peralatan komunikasi lain berada dekat jangkauan Bapak/Ibu. Namun kegiatan virtual/digital ini juga harus dikendalikan dengan memperhatikan kesehatan digital.
Lakukan beberapa-hal sederhana yang dapat Bapak/Ibu lakuka lakukan yang dapat membantu untuk tetap aktif secara mental dan fisik selama waktu ini seperti:
- Menghabiskan waktu dengan jendela terbuka untuk membiarkan udara segar, mengatur ruang untuk duduk dan melihat pemandangan indah (jika mungkin) dan mendapatkan sinar matahari alami, berjemurlah dalam waktu yang cukup.
- Habiskan waktu melakukan hal-hal yang Bapak/ibu sukai - ini mungkin termasuk membaca, melukis, memelira tanaman hias, mendengarkan program radio favorit atau menonton TV walau ini harus dibatasi ,
- Luangkan waktu sejenak untuk berolahraga ringan secara teratur, dan menghindari merokok, alkohol dan obat obatana penghilang stres,
- Jika Bapak/Ibu memiliki taman atau halaman belakang, bisa keluar sebentar dan mencari udara segar, Namun tetap jauhi orang lain termasuk tetangga.
- Bila berkeinginan berjakan di taman sekitar rumah, berjalanlah pelan dan pendek di sekitaran rumah dengan tetap harus benar-benar mematuhi langkah-langkah jarak (sosial) fisik 2 meter, mempertahankan kebijakan 'tanpa sentuhan'
- Tetap Menjaga jarak setidaknya 1 meter tetapi jika memungkinkan 2 meter (atau 6,5 kaki) dari orang lain.
Jaga Kesehatan Digital
Tidak ada pilihan , saat Bapak/ibu dalam kepompong, mengaratina diri, maka aktifitas virtual melalui sarana digital (Hp/Laptop. Tablet, Televisi ) akan meningkat , namun hal itu harus tetap terkendali dan terjaga agar tetap sehat, oleh karenanya perlu diperhatiak beberapa hal sebagai berikut :
- Pastikan alat komunikasi /ponsel / perangkat terisi daya, dan memiliki pulsa yang cukup sehingga Anda dapat tetap terhubung,
- Kontrol diri dengan melihat/mendengar konten secukupnya dan bermanfaat sehingga dapat berhemat.
- Atur waktu Menatap layar Bapak Ibu secara ketat, jangan terlalu lama dan ambilah jeda secara disiplin.
- Kelebihan waktu menatap layar akan menimbulkan kesehatan yang parah dalam indera mataBapak/Ibu juga akan meningkatkan stress.
- Kurangi asupan informasi yang Bapak/Ibu terima, jangan overlad, hindari notifikasi jauhkan dengan membaca berita yang tidak jelas sumbernya. Jangan ikut menyebar berita yang tidak jelas sumbernya. (Hoax)
Tetap Tidak Bepergian Keluar Rumah
Ini prinsip penting, Bapak/ibu harus bersabar tidak bertemu dulu cucu, teman-teman atau bersosial lainnya, karena dalam perjalanan, akan memudahkan virus menular apalagi jika berada di tengah kerumunan orang.
Terlebih jika bepergian dengan transportasi umum serta menginap di hotel yang kebersihansrta pelaksanaan protokol kesehatan pencegahan covid 19 diragukan dijalankan, Ini semua dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus corona.
Namun demikikan, dalam beragam kondisi, banyak diantara para orang tua juga sulit menghindari untuk beberapa urusan yang penting bagi dirinya karena tidak bisa diwakilan seperti misalnya mengambil uang pensiun,.juga aktifitas belanja dan aktivitas perbankan secara manual (menabung, membayar tagihan-tagihan bulanan, listrik, di bank atau pun Kantor Pos Ini tentunya akan semakin menempatkan para lansia pada bahaya terpapar COVID-19. Data peneliti LIPI (2020) menunjukan bahwa ada satu sifat para lorang tua yang pada saat normal cukup bagus yaitu sifat kemandirian untuk tidak merepotkan orang lain.
Tindakan keluar rumah juga dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki para orang tua seperti; ketiadaan keluarga untuk dimintai tolong, dan pemahaman teknologi yang terbatas. Dari beberapa kasus Bank atau kantor pos sudah memasang tulisan dan infografis wajib memakai masker, dan membuat skema physical distancing yaitu dengan memberi tanda silang pada tempat tertentu namun para orang tua tersebut sedikit yang memahami peraturan-peraturan tersebut. Jaga jarak atau physical distancing kerap kali tidak dapat dilaksanakan. Satu hal sifat kurang baik dari para lansia adalah kerap kali keras kepala (stubborn) yang membuat mereka tidak peduli dengan lingkungannya (Desyita, 2018 dalam Dian 2020).
Hal termasuk harus dihindari untuk tidak melakukan perjalanan ini adalah menunda pemeriksaan kesehatan rutin ke rumah sakit/ke dokter, karena justru dapat memperbesar risiko paparan virus Covid-19. Oleh karenanya para orang tua harus belajar mengoptimalkan metode telemedicine sebagai cara berkonsultasi dengan dokter secara online. Bapak/Ibu boleh menemui dokter di rumah sakit bila kondisi kesehatannya sangat mendesak.
Seperti dikemukakan di atas, menjauhkan para orang tua dari interaksi sosial dapat menyebabkan para lansia merasa disolasi sehingga memengaruhi imunitas tubuh dan kesehatan mental mereka.Para ahli menyarankan untuk menjaga kesehatan mental tersebut dan mengurangi kesepian para lansia dapat meninggalkan rumah sejenak untuk berolahraga atau berkendara yang tidak terlalu jauh dan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan; dan tetap menjaga jarak seperti telah diuraikan dalam uraian sebelumnya.
Pedoman Bagi Keluarga
Setelah orang tua kita memahami langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri, maka manajemen selanjutnya adalah bagaimana keluarga memberi dukungan kepada para orang tua.. Sebagai langkah praktis, apabila kita masih tinggal bersama orang tua, maka SEMUA anggota rumah tangga harus mengikuti langkah-langkah yang dilakukan orang tua diatas, antara lain dengan ;
Jaga kesehatan Diri masing dalam Anggota Keluarga
Sebentar lagi, kita yanglebih muda akan mulai beraktifitas diluar, berinterasi dengan banyak orang , dan oleh karena itu kita memiliki peluang kontak langsung dengan virus covid 19. Oleh karenanhya kita harus lebih berhati-hati dalam melindungi diri. Ini tdak semata untuk kesehatan dri akan tetapi juga mengurangi risiko menularkan virus Corona ke orang tua kita yang tinggal di rumah bersama atau saat kita mengunjunginya.
Tetap Lakukan Protokol Dasar seperti cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir, kurangi bepergian ke luar rumah bila tidak ada keperluan mendesak. Saat harus pergi ke luar rumah, kenakan masker dan terapkan physical distancing. Dan serta tingkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat dan rutin berolahraga. Bila orang tua kita di rumah memiliki penyakit yang perlu rutin minum obat dan kontrol ke dokter, jangan lupa mengingatkannya untuk minum obat secara rutin sesuai anjuran dokter. Namun, selama keadaannya baik-baik saja, tunda dulu kontrol rutin ke dokter untuk sementara waktu.
Jaga Kontak secara Berkala, bila orang tua kita tidak serumah atau berada diluar kota. Beri semangat dan tetap ingatkan hal-hal penting, Hiburlah dengan cerita-cerita yang menggembirakan,
Hormati dan Jaga “Perimeter Perlindungan Orang Tua “
Jaga jarak saat berbincang, Bersihkan diri dulu saat habis keluar rumah, ganti semua bajumu sebelum menemui atau merawat orang tua.
Selain itu, sering-seringlah membersihkan barang-barang di dalam rumah yang sering disentuh oleh penghuni rumah, pisahkan barang yang sering dipergunakan orang tua. Batasi kunjungan orang-orang yang biasa datang ke rumah untuk bertemu orang tua kita, Tetap jalin kmunikasi dengan baik, jangan sampai orang tua kita merasa terasing dan dijauhi ini penting untuk kesehatan mental mereka.
Memberikan aktiftas di dalam rumah
Menjaga orang tua tidak mudah, selain faktor fisik juga sensitifitas mereka, mudah tersinggung, mudah marah adalah hal yang harus difahami. Olehkarenany untuk mengurangi stres dapat diberikan aktifitas yang sesuai hobi mereka, bercocok tanam dalam pot, memelihara ikan kecil dalam akuarium, merajut, membaca adalah beberapa kegiatan yang dapat membantu kesehatan mereka. Seperti disebutkan dimuka, hindari penggunaan digital yang berlebihan.
Bila ada pengasuh, ingatkan juga pengasuh ini untuk melaksanakan protokol kesehatan, paka masker, sering cuci tangan dan jaga jarak. Hindari pengasuh yang pulang pergi. Bila meungkinkan berikan baju khusus yang bersih buat pengasuh dan tidak mempergunakan peralatan yang sama dengan orang tua kita.
Rekomendasi Kebijakan Lansia di Era Pasca Covid 19 Bagi Pemerintah
Menghadapi covid 19, Pemerintah melalui Gugud Tugas, memahami benar risiko tinggi bagi para lansia terhadap Covid 19. Beragam himbauan/protokol juga telah dibuat oleh beragam Lembaga Kementrian/instansi dari mulai Kementrian Kesehatan, Kemenrian Pemberdayaan Perempuan/dan Anak dengan membuat Ketentuan perlindungan Lansia Berbasis Gender, kementrian Sosial, menyalurkan program bantuan sosial bagi Lansia yang menjadi bagian dari bantua PKH, ata Bantuan Pangan Nn Tunai, Demikian juga dari Kementrian Dalam Negeri dengan mengatur kewajiban Desa untuk memperhatikan Lansia di sekitarnya. Namun demikian terlihat masih kuat nya peran sektoral masin-masin kementrian dan Lembaga, untuk itu dalam kesempatan ini disampaikan beberapa hal tekait Pencegahan Lansia dari Covd 19 di Era New Normal.
Integrasikan Data Lansia Dalam Sistem Monitoring Covid 19
Masalah data di Indonesia pasti yang paling rumit karena masing-masing Instansi/Pemeritah punya data, terlihat dalam program bantuan Sosial yang banyak diributkan karena beda data atau salah penyaluran. Meperhatikan jumlah Lansia di Indonesia yang rawan terpapar virus covid 19, disarankan agar data orang tua ini diberlakukan sama dengan ODP/PDP yaitu orang yang perlu pengawasan. Dengan data itu maka data sebaran orang tua sebaiknya masuk dalam Aplikasi yang dikembangkan pemerintah, yaitu aplikasi pedulilindung atau aplikasi BersatulawanCovid 19. Dengan masuk ke sistem aplikasi kita dapat melihat sebarannya dan juga setiap kelurga dapat melihat “posisi” orang tua dalam peta kerwanana covid 19, sehingga dengan mudah mengambil tindakan. Sistem pedulilindung dapat memberi pesan “perhatian” bila di sekitar kita ada orang tua yang perlu mendapat perhatian atau bila aplikasi dimiliki orang tua dapat memberi peringatan penting untuk melaksanakan protokol kesehatan..
Perluas Progam Bantuan Khusus Pelayanan dan Pemberdayaan Lansia.
Pada saat ini program bantuan tunai bagi para lansia menjadi bagian dari program bantuan baik PKH maupun bantuan langsung tunai dan program, lainnya dari Kementrian Sosial, Sedangkan sedikit sekali Pemerintah Daerah yang memberikan progrram khsusus untuk Penduduk Lansia ini,
Oleh karena itu pemerintah sebaiknya mempelua program bantuan khusus uantuk membantu para lansia yang sudah berjalan , sehingga pada saat mereka masih harus hidup dalam kepompong, mengkarantina diri, mereka tetap dapat menjalankan kehidupan dengan pola yang sehat dan baik, beberapa program tersebut diantaranya ;
- Menambah Jumlah Dana Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLU). ASLU adalah bagian rehabilitasi sosial untuk membantu lansia non potensial agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Pemerintah sudah memberi nilai bantuan dari semula Rp 200.000 ini × 12 bulan per lanjut usia, Diusulkan agar dana ASLU ini dapat diberikan / menjadi Rp. 600.000 selama tahun 2020 (sama dengan PKH atau Bantuan Tunai untuk setiap Lansia dengan Kriteria tertentu,
- Peningkatan frekuensi bantuan Home Care atau disebut juga Program Pendampingan Sosial Lansia Non Potensial melalui perawatan di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lansia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pada saat ini pemeritah melalui Kemensos sudah memberikan Dana Rp. 1.200.000 per tahun untuk setiap keluarga lansia terpilih. Diusulkan agar program ini diperluas dan frekeunsi ditambah 1 x bantuan ,selama masa covid 19 di tahun 2020.
- Penambahan/Perluasan Program Family Support ; Family Support adalah setiap upaya yang ditujukan kepada lansia potensial guna memperkuat keberfungsian fisik, psikologis, sosial, dan spiritual maupun ekonomi dengan dukungan dan penyertaan keluarga lansia. Tujuannya adalah memberikan bantuan dan dukungan kepada lansia potensial agar mereka terlindungi dari risiko sosial, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraannya.
- Peningkatan Asistensi Tenaga Teknis Sosial di Pedesaan Pembangunan Rumah Lansia/Panti Whreda di desa- desa.
Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Bulan Maret 2019 terdapat Fakta bahwa lansia yang masih tinggal dengan keluarga dan tiga generasi mencakup 67,94% dan Sementara beberapa kelompok lansia masuk dalam kategori aman yaitu yang masih tinggal bersama pasangan (20,03%), sangat positif bagi pelindungan lansia terutama pasca Covid 19 dengan menerapkan protokol kesehatan di atas, Namun demikina terdapat sebanyak 9.38% lansia yang tinggal sendiri. Dan Lansia perempuan yang tinggal sendirian (13,39%) lebih banyak dibanding lansia laki-laki (4.98%).
Oleh karena itu untuk menjaga lansia golongan ini tidak terpapar covid 19, diperlukan beberap peningkatan program yatu ; Memperluas tugas pendamping Sosial Profesional Lanjut Usia, menjadi juga pengawasan kondisi covid lansia . Selain itu dikembangkan juga model panti Whreda bagi lansia-lansia sendiri, dan sudah tidak bisa mandiri
Program Stimulus Ekonomi Bagi Lansia
Dari data BPS hasil Sensus Ekonomi 2019, terdapat data yang harus menjadi perhatian dari pemerintah yaitu ; bahwa 20,35 persen rumah tangga lansia saat ini tercatat sebaga penerima kredit baik untuk usaha atau komersial dan dalam bentuk beragam pinjaman baik KUR atau Kredit Bank Umum lainnya.
Permasalahannya adalah umumnya para lansia memberikan jaminan pembayaran berupa jaminan sosial mereka yaitu tabungan pensiun/ pembayaran pensiun/asuransi tenaga kerja atau dari asuransi lainnya yang dibayarkan setiap bulan. Dengan pinjaman ini sejatinya para lansia kebanyakan menerima uang pensiun hanya sebesar sisa potongan pinjaman, yaitu berkisar 20% - 30 % uang pensiunnya.
Tercatat trilyunan rupiah pinjaman berbasis jaminan pensiun di Bank-Bank Pemerintah Khususnya BRI, BPD, dan BTPN terutama, belum yang terjerat dengan pinjaman Online. Dengan bunga pinjaman pensiun itu relatif lebih tinggi di Perbankan, Perbankan melihat bisnis Kredit Pensun sangat menguntungkan dan cukup aman karena angsuran sudah pasti di bayar.
Dari data di lapangan, sampai saat ini belum ada program dari Perbankan/Pemerintah untuk memberikan substitusi/meringankan angsuran para pensiun yang terkena dampak Covid 19. Bagi Bank kredit pensiun adalah kredit yang aman, angsuran jelas dan tingkat kolektibilitas lancar yang tinggi karena angsuran langsung potong gajih pensiun. Namun perbankan tidak menghitung dampaknya bagi para Lansia Pensiunan,
Oleh karenanya apabila pemerintah memberi perhatian kepada para UMKM /pengemudi OJOL, dan sebaginya, maka sudah selayaknya perhatian yang sama diberikan kepada para pensiunan, terutama para pensiunan ASN /BUMN, dengan memberi subsidi bunga atau meminta agar perbankan menurunkan bunga/angsuran pinjaman para pensiunan ini,
Pengurangan angsuran ini menjadi penting karena bila selama ini para lansia /pensiun itu terkadang masih mendapat bantuan dari keluarga/anak atau dari usahanya. Pada saat covid 19, semuanya bantuan /usaha tersebut umumnya berhenti dilain pihak pengeluaran mereka tetap malahan meningkat karena ada pengeluaran tambahan untuk menjaga kesehatan.
Demikian sedikit pemikiran ini, disampaikan dengan harapan para lansia , orag tua, kakek/neneki kita dapat terus sehat sejahtera dan tujuan pemerintah yang mendapat amanah UU untuk mensejahterakan para lansia dan menjaga poduktifitas lansia dapat tercapai. dan Para lansia pun walau dalam kepompong itu tetap menghasilkan benang sutera sutera terbaik, semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI