Bukan sekadar pengetahuan. Praktik langsung di lapangan di bawah panduan petani dengan keahlian mumpuni. Mendapat pengetahuan, kecakapan, keterampilan, hingga aspek lain seputar pertanian. Sedari kultur hingga bisnis tani. Sebab, selain bercocok tanam mereka juga ikut mengolah hasil panen.
Toru tak hanya menanam padi, buah, dan sayur. Ia juga memelihara hutan. Di bawah tegakan hutan cemara yang mengeliling Ureshipa, Toru membudidayakan jamur shitake. Rumahnya juga sebuah mini-pabrik pengolah pangan. Beras diolah jadi sembei (kue beras), kedelai difermentasi jadi miso, gandum diolah jadi mie soba, telur jadi mayones, dan lain sebagainya. Kesemua produk ini diserap konsumen yang memang telah jadi pelanggan.
Dengan kerja penuh waktu, para trainee tentu diganjar dengan penghasilan. Tapi bukan petani seperti Toru Sakawa atau Tadashi Ueda (Wind Family) yang membayar. Negara membayar. Lewat "BLK"yang ada ditiap perfektur. Berapa banyak? Kalau tak salah 1,2 juta yen per tahun. Kalikan saja 100 rupiah. Setiap trainee dapat ikut program ini selama 2 tahun.
Benih Bermutu
Para trainee yang belajar pada Toru Sakawa, Tadashi Ueda, atau sejumlah petani senior yang kebun mereka saya kunjungi, siap menjadi petani. Kelak ada membuka kebun sendiri seusai program. Ada yang bergabung ke perusahaan pertanian besar.
Seperti harapan Tadashi Ueda, para trainee ini serupa benih yang akan menyebar ke segenap penjuru, kemudian bekerja bersama komunitas masing-masing, menumbuhkan jiwa-jiwa wiratani ke pemuda lain sebagaimana mereka yang mereka dapatkan. Toru Sakawa dulu mengaku belajar bertani dengan cara "magang kerja" sebagai relawan di kebun orang.
Toru Sakawa tadi malam mengirim email. Kebijakan pemerintahan jepang terkait trainee magang di kebun petani telah berubah. Masih ada. Tapi syaratnya makin ribet. Petani masih bisa merekrut trainee, tapi Â
Selamatkan 5,6 T
Pembekalan insan-insan terlatih macam ini agak mustahil dilahirkan melalui pelatihan a la kartu prakerja. Tak dapat ditelurkan oleh program menonton video tutorial dalam beberapa jam. Meski diberi nama pelatihan kerja. Sekalipun video itu berbayar.
Catatan kecil ini tidak diniatkan sebagai catatan perjalanan atau memoar kunjungan ke kebun teman. Ditulis sengaja karena adanya polemik penggunaan uang negara untuk jual beli video tuturial.
Pendidikan informal bagi calon tenaga kerja ala petani di kebun petani Jepang bisa ditiru-terapkan. Banyak petani di Indonesia perlu tenaga bantuan untuk mengoptimalkan lahan mereka. Mulai dari petani di perdesaan, hingga petani sayur di pinggiran kota. Bisa pertanian organik maupun tidak.