Mohon tunggu...
Syalsabila RahmahLubis
Syalsabila RahmahLubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Membuat sebuah karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersyukur

22 Desember 2024   22:40 Diperbarui: 22 Desember 2024   22:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya : Syalsabila Rahmah Lubis

Syra adalah seorang gadis sederhana yang tinggal bersama ibunya di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Ayahnya telah tiada sejak ia masih kecil, sehingga ibunya bekerja keras sebagai tukang cuci untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski hidup mereka penuh keterbatasan, ibunya selalu tersenyum, mengajarkan Syra tentang arti keteguhan dan cinta tanpa syarat.  

Setiap pagi, Syra menatap langit biru dari jendela kamarnya. Langit adalah sahabat setianya, sumber harapan di tengah kehidupannya yang penuh perjuangan. Di sekolah, ia dikenal pintar meskipun sering merasa rendah diri karena teman-temannya hidup serba kecukupan. Mereka memiliki pakaian bagus, gadget mahal, dan cerita-cerita tentang liburan, sementara Syra hanya bisa mengayuh sepeda tuanya ke sekolah.  

Suatu hari, Syra diundang ke pesta ulang tahun Habibah, temannya yang kaya. Di sana, Syra kagum melihat kemewahan rumah dan kehidupan teman-temannya. Namun, percakapan dengan Habibah membuka matanya: Habibah merasa iri pada Syra, yang terlihat selalu bahagia meskipun hidup sederhana. "Aku punya semuanya, tapi kadang merasa kosong. Aku ingin punya keluarga yang hangat seperti kamu," ujar Habibah.  

Kata-kata itu membuat Syra berpikir. Kebahagiaan, ternyata, bukan tentang memiliki segalanya, melainkan bagaimana menghargai apa yang ada. Percakapan itu menyentuh hati Syra dan mengajarkannya untuk lebih bersyukur.  

Suatu ketika, Syra mengikuti lomba sains di sekolah. Berkat kerja keras dan semangatnya, ia memenangkan lomba tersebut. Ia pulang dengan perasaan bangga, berharap dapat membuat ibunya bahagia. Benar saja, ibunya memeluk Syra erat dan mengatakan betapa bangganya ia pada putrinya.  

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, ibunya jatuh sakit. Syra merawat ibunya dengan sepenuh hati, memasak, mencuci, dan menyelesaikan pekerjaan rumah. Dalam proses itu, ia sadar betapa pentingnya kehadiran ibunya dalam hidupnya. Syra berdoa agar ibunya segera pulih, dan syukurlah, ibunya berangsur membaik.  

Pengalaman itu membuat Syra semakin menghargai hidup. Ia mulai terlibat dalam kegiatan sosial di sekolah, membantu anak-anak yang membutuhkan. Melalui berbagi, ia menemukan kebahagiaan baru dan makna hidup yang lebih dalam.  

Syra tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh empati. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik, melanjutkan kuliah, dan memilih jurusan yang dapat membantunya mewujudkan impian untuk membantu sesama. Setiap malam, ia masih sering menatap langit yang penuh bintang, mengingat perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.  

Langit mengajarinya bahwa meskipun hidup sulit, dengan cinta, harapan, dan rasa syukur, setiap tantangan dapat dilewati. Syra percaya bahwa kebahagiaan sejati terletak pada rasa syukur dan kemampuan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Di bawah langit yang sama, ia tahu, semua orang memiliki kisah dan jalan hidup masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun