Mohon tunggu...
Abdul Syakur
Abdul Syakur Mohon Tunggu... -

"Mumpung masih sehat, banyakin ibadat dan berbuat yang manfaat.\r\nKalo udah sakit, boro-boro ibadat, bawa diri aja kagak kuat."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Sampai Menyesal

11 Februari 2015   06:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ulama yang mengatakan bahwa ada tiga orang yang akan sangat menyesal di akhirat nanti. Mereka menyesal karena tingkatan di surga lebih rendah dari lainnya. Guru yang mengajarkan ilmu namun dia tidak mengamalkan ilmu tersebut sedangkan murid yang diajari mengamalkannya. Saat masuk surga dia medapatkan tingkatan surga muridnya lebih tinggi dibandingkan dia. Padahal murid tersebut mendapatkan kedudukan yang tinggi disebabkan ilmu yang dia ajarkan kepada muridnya.

Kedua, orang kaya yang kurang sedekah dengan hartanya. Dia lebih banyak meninggalkan harta buat anaknya. Saat hartanya telah menjadi warisan, sang anak banyak bersedekah dengan harta itu. Pada saat hari perhitungan terjadi, Allah memberikan kedudukan seseorang di surga sesuai dengan amal dan sedekahnya. Orang kaya tadi kaget begitu mengetahui kedudukan anaknya lebih tinggi dibandingkannya, karena sang anak banyak bersedekah dengan harta yang dia cari buat anaknya. Di situlah dia menyesal. Namun penyesalan yang tidak bisa dia ubah lagi. Fakta yang sulit untuk diputarbalikkan. Sesal tapi mau dikata apa.

Ketiga, budak yang memperoleh kedudukan di surga lebih tinggi dibandingkan tuannya. Yang menyesal di sini adalah sang tuan dari budak itu. Kenapa, karena selama di dunia, kedudukan budak lebih rendah dari tuannya. Sang tuan merasa dialah pemilik dari budak itu. Budak itu tidak ada apa-apanya. Perasaan paling lebih dibandingkah budaknya itulah, dia menyepelekan ibadah. Sedangkan, tanpa disadari dan diketahui, sang budak lebih getol ibadah dan amal shalehnya. Ketika saat hari pembalasan, kedudukan surga budaknya lebih tinggai dibandingkan dirinya. Duh menyesal, kenapa budakku lebih tinggi kedudukannya. Malu, tapi mau dibilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kalau nasi sudah menjadi bubur masih bisa dioleh, tapi kalau sudah urusan di akherat, sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Di sana manusia diukur berdasarkan amal ibadahnya. Tak mengenal siapa dan kedudukannya seperti. Kalau sekarang budak sudah tidak ada, ya dengan pembantu lah. Bisa jadi di akhirat nanti, tuan rumah merasa paling tinggi kedudukannya dibandingkan pembantu, tanpa disadari, ternyata ibadahnya lebih getol pembantu, sungguh tuan rumah akan berada di surga yang lebih rendah di bandingkan pembantunya.

Dari ketiga penyesalan di atas, kita bisa mengambil pelajaran. Hendaknya kita mawas diri sejak dini. Guru mengamalkan dulu apa yang akan diajarkan itu akan lebih mengena dan menyentu hati anak didik. Diriwayatkan, ada seorang guru mengajarkan kepada muridnya cara berjalan di atas air. Dia menerangkan bahwa siapa yang banyak membaca (mendawamkan) Bimillahirrahmanirrahim, dia akan bisa berjalan di atas air tanpa tenggelam. Selang beberapa tahun kemudian, guru beserta rombongan muridnya akan menyeberangi sungai. Saat itu perahu yang dinanti tidak kunjung datang. Salah satu murid menyarankan agar kita menyeberang saja dengan berjalan di atas air. Tanpa menunggu waktu, si murid langsung berjalan di atas air dan tidak tenggelam. Sang guru heran. Bagaimana caranya kamu bisa berjalan di atas air? Murid menjawab, maaf guru, bukankan dahulu guru mengajarkan saya dengan merutini membaca Bismillahirrahmanirrahim kita bisa berjalan di atas air?

Marilah kita paksakan diri kita untuk benar-benar memanfaatkan waktu dengan ibadah tanpa menunggu orang lain mengerjakan. Kita mulai dari diri kita, toh kata orang kuburan kan masing-masing. Jangan sampai kita menyesal saat sudah di akhirat. Penyesalan di akhirat adalah penyesalan tiada akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun